TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan asal Inggris, British Airways, terancam didenda triliunan Rupiah setelah ratusan ribu data pelanggannya dibobol.
Ribuan pelanggan Britis Airways harus memblokir kartu kredit mereka setelah peretasan data yang terjadi selama 15 hari, yang menyebabkan data 380.000 pelanggannya dicuri.
Baca: British Airways Diretas, 38 Ribu Kartu Kredit Pelanggan Dibobol
Peretas memperoleh rincian data kartu kredit yang cukup untuk menggunakannya, dan perusahaan itu sekarang menghadapi denda sekitar 500 juta Poundsterling atau sekitar Rp 9,5 triliun (kurs Rp 19.156) atas kelalaiannya, sementara pihak perusahaan masih menyelidiki peretasan ini.
Pembobolan data British Airways terjadi setelah pengenalan Undang-Undang Perlindungan Data baru, yang mencakup ketentuan Peraturan Perlindungan Data Umum Eropa (GDPR).
Berdasarkan peraturan baru, penalti maksimum untuk sebuah perusahaan yang terkena pelanggaran data adalah denda sebesar 17 juta Poundsterling (Rp 325 miliar) atau 4 persen dari omset global.
Orang-orang tidur di samping barang bawaan mereka di Terminal 5 Heathrow di London, Inggris, 28 Mei 2017. Ribuan penumpang terlantar setelah maskapai British Airways menunda beberapa penerbangan dari dua bandara terbesar Inggris setelah kegagalan sistem komputer. REUTERS/Neil Hall
Pada 31 Desember 2017, total pendapatan British Airways adalah 12,2 miliar Poundsterling atau Rp 233 triliun, yang berarti perusahaan bisa dikenai denda sekitar 500 juta Poundsterling (Rp 9,5 triliun) jika Kantor Komisi Informasi (ICO) mengambil tindakan.
Beberapa pihak telah dihubungi tentang peretasan data, termasuk Badan Kejahatan Nasional, Pusat Keamanan Maya Nasional dan ICO.
"British Airways telah membuat kami sadar akan sebuah insiden dan kami sedang membuat pertanyaan," kata juru bicara ICO.
Ketua dan kepala eksekutif British Airways, Alex Cruz, meminta maaf atas pembobolan tersebutdan berjanji untuk memberi kompensasi kepada pelanggan yang terpengaruh secara finansial.
Sejumlah pesawat tua milik British Airways dan Air New Zealand Boeing 747-400s yang sudah tak terpakai berada di Victorville, California, 13 Maret 2015. REUTERS/Lucy Nicholson
Kini British Airways sedang menyelidiki pelanggaran, yang berlangsung dari pukul 23.00 pada 21 Agustus hingga pukul 21.45 pada hari Rabu 5September.
Peretasan ini juga menyebabkan 75.000 penumpang terlantar setelah British Airways terpaksa membatalkan hampir 726 penerbangan selama tiga hari.
Baca: Senior Awak British Airways Jajakan Seks sebagai Usaha Sampingan
Ada laporan bank dibanjiri pengaduan dari nasabah, sementara beberapa pelanggan British Airways mengatakan mereka harus memblokir kartu kredit mereka.