TEMPO.CO, Jakarta - Ankara tidak ingin berdiri di luar dan menyaksikan penduduk sipil di Suriah tewas sia-sia. Demikian pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan usai pertemuan tripartit dengan pemimpin Iran dan Rusia di Teheran, Jumat 7 September 2018.
Di serangkaian twitnya pada Jumat menyusul pertemuan di Teheran, Erdogan mengatakan, ketidakpedulian terhadap kehidupan warga sipil justru akan menjadi bahan mainan di tangan kaum teroris.
Baca: KTT Putin, Rouhani dan Erdogan Bahas Solusi Suriah, Apa Hasilnya?
Seorang pria meletakkan sejumlah makanan di tempat penampungan gua bawah tanah di Idlib, Suriah, Senin, 3 September 2018. Salah satu persiapan warga Idlib untuk menghadapi serangan kimia adalah membangun tempat penampungan gua bawah tanah ini. REUTERS/Khalil Ashawi
"Jika dunia kembali tutup mata atas pembunuhan puluhan ribu rakyat tak berdosa demi kelanggengan rezim, kami tidak akan menyaksikan di sela-sela insiden itu atau terlibat dalam permaian tersebut," kata Erdogan seperti dikutip Al Jazeera.
Turki, dia menegaskan lagi, berkomitmen suka rela mengembalikan pengungsi dan mencari solusi abadi untuk mengakhiri konflik Suriah.
Presiden Iran Hassan Rouhani menjadi tuan rumah pertemuan rekannya dari Rusia, Presiden Vladimir Putin, dan Presiden Turki Erdogan, guna membahas konflik mengerikan di Idlib, Suriah. Dalam acara jumpa pers gabungan, Iran, Rusia dan Turki di Teheran, mereka sepakat krisis Suriah hanya bisa diselesaikan melalui proses politik, bukan militer.Presiden Rusia, Vladimir Putin (paling kiri), Presiden Iran, Hassan Rouhani (tengah), Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berpose sebelum menggelar KTT Tiga Negara membahas solusi akhir konflik di Suriah, yang digelar di Teheran pada Jumat, 7 September 2018. Sputnik News
Idlib, provinsi yang dihuni lebih dari tiga juta orang, separuh penduduknya meninggalkan wilayah tersebut setelah menjadi ajang pertempuran antara pasukan pemerintah Suriah dengan pemberontak.
Baca: Militer Rusia dan Turki Tegang Soal Suriah, Putin Turun Tangan
Dalam beberapa pekan ini, menurut sejumlah aktivis, Idlib digempur jet tempur Suriah dan Rusia menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak dan perempuan. Insiden ini menimbulkan krisis kemanusiaan di kawasan tersebut.