TEMPO.CO, Jakarta - Sebotol parfum penuh racun saraf Novichok yang digunakan untuk menyerang Sergei dan Yulia Skripal di Salisbury, Inggris, diklaim mampu membunuh 4 ribu orang.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, 7 September 2018, seorang pejabat keamanan Inggris mengatakan dua agen Rusia yang dituduh melakukan serangan Salisbury membawa cukup banyak Novichok, sebuah jenis racun saraf kelas militer, yang mampu menghilangkan banyak nyawa secara signifikan.
Baca: Bos Intelijen Inggris Galang Dukungan Lawan Rusia Soal Skripal
Delegasi Inggris untuk PBB kemarin menuduh Moskow 'bermain dadu' dengan kehidupan Inggris setelah jari menunjuk ke Vladimir Putin dan GRU.
Sergei Skripal, 66 tahun, dan putrinya Yulia, 33 tahun, dalam kondisi kritis di rumah sakit saat ini.l [Rex Features]
Serangan itu menyebabkan Skripal sakit parah dan menyebabkan kematian warga Inggris, Dawn Sturgess, tetapi racun saraf juga bisa membunuh ribuan nyawa, seperti dilaporkan The Times.
Sumber keamanan juga mengklaim polisi dan dinas rahasia sedang menyelidiki apakah Novichok yang disembunyikan dalam botol parfum berteknologi tinggi masuk Inggris dalam sebuah tas yang diselundupkan ke kedutaan Rusia di London.
Baca: 4 Hal Aneh Temuan Netizen Soal 2 Tersangka Racun Novichok
Dame Karen Pierce, perwakilan Inggris di PBB, mengatakan Rusia telah "bermain dadu dengan kehidupan masyarakat Salisbury".
"Kami memiliki bukti yang jelas tentang keterlibatan negara Rusia dalam apa yang terjadi di Salisbury," kata Pierce.
Sementara Rusia mengatakan tudahan negara Barat sebagai "teater yang absurd".
Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, yang secara resmi dituduh berusaha membunuh mantan perwira intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Salisbury, terlihat dalam gambar yang diberikan oleh Polisi Metropolitan di London, Inggris 5 September 2018. REUTERS
Dua orang yang diduga berada di belakang peracunan, Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, telah diidentifikasi oleh Inggris sebagai anggota GRU, dinas intelijen militer Rusia.
Donald Trump, Angela Merkel, Emmanuel Macron dan Justin Trudeau sebelumnya mengeluarkan pernyataan bersama dengan Theresa May setuju bahwa operasi itu hampir pasti disetujui di tingkat pemerintah senior di Moskow.
Dua orang yang dituduh meracuni Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Salisbury, terlihat di CCTV di Salisbury Station.[Handout Polisi Metroplitan Inggris / Reuters]
Para detektif percaya kemungkinan kedua tersangka, yang diperkirakan berusia sekitar 40 tahun, bepergian dengan nama samaran, bahwa Petrov dan Boshirov bukanlah nama asli mereka.
Jaksa menganggap sia-sia untuk mengajukan permohonan ke Rusia untuk ekstradisi kedua orang itu, tetapi Surat Perintah Penangkapan Eropa telah diperoleh dan pihak berwenang juga mencari bantuan Interpol.
Baca: Media Jerman Sebut Negara Barat Teliti Novichok Sejak Jauh Hari
Detektif percaya pintu depan rumah Skripal di Salisbury terkontaminasi dengan racun saraf Novichok pada 4 Maret.
Polisi mengatakan, para tersangka menghabiskan dua malam di sebuah hotel di London timur dan melakukan pengintaian ke Salisbury sehari sebelum Skripal diracun.
Petugas teliti racun syaraf Novichok yang digunakan untuk meracuni eks mata-mata Sergei Skripal. [REUTERS/Peter Nicholls]
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan tuduhan Inggris tidak dapat diterima dan tidak seorang pun di dalam pemerintahan Rusia ada hubungannya dengan keracunan itu.
Sementara itu, akun Twitter kedutaan Rusia mengunggah serangkaian pesan yang ditujukan untuk membantah bukti penyelidikan Inggris. Salah satunya membandingkan bukti intelijen yang digunakan untuk invasi Irak 2003.
Rekaman CCTV menunjukkan kedua pria tampak santai saat mereka berjalan di jalan menuju stasiun Salisbury untuk liburan. Mengenakan pakaian musim dingin, Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov terlihat berjalan melewati koleksi Dauwalders dan toko prangko langka.
Baca: Inggris Tuduh Agen GRU Rusia Racuni Skripal, Apa itu GRU?
Petrov mengenakan tas punggung, topi wol hitam dan mantel biru, sementara Boshirov mengenakan jaket bomber warna gelap dan topi bisbol.
Inggris mengklaim para pembunuh Salisbury menghabiskan waktu dua tahun untuk menjelajahi Eropa menggunakan identitas palsu dan terbang ke London 12 bulan sebelum serangan racun saraf Novichok.