TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Estonia menahan dua pria Estonia karena diduga menjadi mata-mata untuk Rusia. Salah satu yang ditahan pernah bekerja di markas pasukan pertahanan negara Baltik.
Dilaporkan Reuters, Kamis, 6 September 2018, kejaksaan mengatakan keduanya dicurigai menyampaikan informasi rahasia Estonia dan asing kepada Badan Intelijen Militer Rusia (GRU) selama lima tahun lebih.
Keduanya ditahan pada Senin, 3 September, dan pengadilan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk menjaga kedua pria tersebut ditahan pada beberapa hari berikutnya.
Baca: Inggris: Identitas Penyerang Eks Intelijen Rusia Diketahui
"Kami berbicara tentang pengkhianatan. Kami memiliki alasan untuk mencurigai bahwa rahasia negara secara sengaja diteruskan ke GRU Intelijen Rusia," kata jaksa Inna Ombler.
Kantor Kejaksaan Estonia dan Dinas Keamanan Internal merilis identitas keduanya, yakni Deniss Metsavas dan Pjotr Volin.
Dilansir dari Radio Free Europe/Radio Liberty, Metsavas, 38 tahun, dan ayahnya, yang berusia 65 tahun, diduga menyerahkan rahasia negara Estonia dan informasi rahasia lainnya kepada dinas intelijen militer Rusia, yang juga dikenal sebagai GRU, sejak 2013.
Perdana Menteri Estonia Juri Ratas menghadiri KTT NATO di Brussels, Belgia, 12 Juli 2018. [Tatyana Zenkovich / Pool via REUTERS]
Metsavas berdinas di angkatan bersenjata sejak 1998 di berbagai posisi, termasuk misi dengan pasukan NATO di Afganistan. Ia menjadi jenderal angkatan bersenjata pada 2015. Sedangkan Volin dilaporkan pernah bertugas di Pasukan Perbatasan KGB selama era Soviet. Kedua pria itu menerima kewarganegaraan Estonia pada 1990-an.
"Jelas bahwa itu adalah Metsavas yang memiliki akses ke informasi rahasia di tempat pertama, tapi penyampaian informasi rahasia dan membawanya ke GRU dilakukan oleh kedua individu," kata jaksa Inna Ombler.
Komandan pasukan bersenjata Estonia, Jenderal Riho Terras, mengatakan Metsavas adalah pengkhianat yang menyebabkan kerusakan signifikan terhadap negara Baltik dan sekutu NATO-nya.
Perdana Menteri Juri Ratas mengatakan tingkat kerugian terhadap Estonia belum dipastikan.
"Penahanan dua warga Estonia atas dugaan pengkhianatan adalah insiden yang sangat mengganggu," kata Ratas.
Baca: Inggris Publikasi Terduga Pelaku yang Meracun Skripal
Estonia menjadi anggota NATO dan Uni Eropa sejak 2004. Negara ini pernah diserang oleh Uni Soviet pada 1940, kemudian merdeka pada 1991.
Bekas republik Uni Soviet ini mengalami beberapa kasus mata-mata yang melibatkan Rusia sejak kemerdekaannya.
Pada Februari, Rusia dan Estonia saling bertukar dua tahanan mata-mata setelah kedua pria itu menerima pengampunan dari presiden.