TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, segera rombak kabinet untuk dapat mendorong reformasi ekonomi negara itu.
Benjamin Griveaux, Juru bicara pemerintah Prancis, mengatakan kabinet dengan menteri yang komplit diharapkan rampung pada Rabu pagi, 5 September 2018 waktu setempat atau selesai dalam rapat mingguan kabinet. Saat ini ada dua kursi menteri di kabinet yang kosong setelah menteri sebelumnya mengundurkan diri.
Baca: Emmanuel Macron Gelar Festival Musik di Istana Presiden Prancis
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan pengawalnya. [Philippe Wojazer/Reuters]
Perombakan kabinet dipicu oleh pengunduran diri Nicolas Hulot sebagai Menteri Ekologi. Hulot putus asa dengan sejumlah komitmen pada kebijakan lingkungan Prancis. Keputusan Hulot untuk meninggalkan kabinet pada akhir pekan lalu adalah kemunduran bagi pemerintahan Presiden Macron.
Selain Hulot, Menteri Olahraga Prancis, Laura Flessel, juga mengundurkan diri. Keputusan ini dilakukan beberapa jam sebelum rencana susunan kabinet baru diumumkan. Flessel mengatakan pengunduran dirinya karena alasan pribadi.
Baca: Pengawal Pukul Demonstran, Presiden Macron Dibanjiri Kecam
“Saya akan terus setia pada presiden dan perdana menteri yang saya kagumi dan nilai-nilai serta patriotismenya saya sebarkan,” kata Flessel, yang merupakan mantan juara Olimpiade cabang olahraga anggar dan salah satu menteri paling populer di kabinet Macron, seperti dikutip dari Reuters pada Selasa, 4 September 2018.
Macron, 40 tahun, sudah 16 bulan menjabat sebagai orang nomor satu di Prancis. Mantan bankir itu memimpin dengan sangat percaya diri dan tak ambil pusing dengan popularitasnya yang sekarang menurun. Dia terus mendorong reformasi bidang ekonomi agar ramah investor dengan efisiensi bisnis.
Namun begitu, beberapa waktu terakhir pemerintahan Macron terlihat rapuh. Pertumbuhan ekonomi melambat dari proyeksi dan rencana reformasi pajak yang akan segera dilakukan mulai goyang. Sementara itu, masyarakat Prancis yang memilihnya gregetan dengan gaya monarkinya dan kata-katanya yang tajam.
Surat kabar Le Figaro di Prancis dalam editorialnya pada Senin, 3 September 2018, menulis kondisi ini tidak seharusnya terjadi dalam pemerintahan Macron.
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah berjanji untuk bersikap berani dalam rencana reformasi ekonomi, efisien dalam menjalankan kekuasaannya dan menjunjung tinggi martabat Prancis. Dalam beberapa bulan pemerintahannya, Macron menjaga janjinya, namun sekarang semua dirasa mulai dirasakan keliru.