6. Jose Gonzalo Rodriguez Gacha
Jose Gonzalo Rodriguez Gacha [wikipedia.org]
Dikenal sebagai El Mexicano, Gacha tewas pada usia 42 tahun di tangan polisi. Gacha memiliki banyak musuh mulai dari DEA, Kartel Cali, pemerintah Kolombia, gerilyawan FARC dan Victor Carranza. Akhirnya, musuh-musuh Gacha bekerjasama untuk menghancurkannya.
Kartel narkoba Cali menyusup ke organisasinya dan sisanya membagi laporan intelijen dengan pemerintah. Informan berkontribusi ke lokasi Gacha dan akhirnya terjadi penggerebekan besar. Gacha dibunuh oleh tembakan senapan mesin helikopter.
Pemakamannya dihadiri oleh ribuan pelayat dari Pacho, di mana penduduk memujinya karena merenovasi bangunan kota. Gacha menjadi sangat kaya dalam perdagangan narkoba, dan dia adalah seorang pembunuh terkenal kejam.
Dia mengembangkan aliansi yang menguntungkan dengan keluarga Ochoa, yang tumbuh menjadi kartel Medellín Cartel. Gacha adalah pelopor rute perdagangan narkoba baru di Houston, Texas, Los Angeles, California, dan Meksiko. Kecintaannya pada budaya populer Meksiko membuatnya mendapatkan julukan El Mexicano.
Operasi narkobanya membentang dari Panama ke California dan sekitarnya. Dia mendirikan laboratorium hutan terbesar untuk membuat dan mengemas kokain bernama Tranquilandia. Ada dua ribu pekerja yang tinggal di asrama kompleks labortoriumnya, yang akhirnya dihancurkan oleh DEA dan Polisi Nasional Kolombia, dan menghancurkan lebih dari 13 metrik ton kokain. Jose Gonzalo Rodriguez Gacha memiliki kekayaan sekitar US$ 5 miliar atau Rp 74 triliun.
5. Khun Sa
Khun Sa [The Economist]
Khun Sa adalah raja narkoba di Asia Tenggara. Ia lahir di Myanmar dan menghabiskan tahun-tahun awal pelatihannya dengan Angkatan Darat Myanmar dan Kuomintang.
Dia akhirnya berjuang untuk membangun wilayahnya sendiri, yang memungkinkan dia melakukan penyelundupan narkoba jenis opium di Segitiga Emas. Dari tahun 1976 dan selama dua puluh tahun berikutnya, ia mendominasi lalu lintas opium. Dia mendapat dukungan dari pemerintah Myanmar dan Thailand untuk bisnis narkobanya. Jaringannya yang sangat besar membuatnya mendapatkan gelar "Raja Opium".
Pekerjaannya sebagai raja narkoba meluas ke mata dunia. Ketika Badan Penindakan Narkoba Amerika Serikat memutuskan hubungan dengan pialang internasionalnya, ia menutup operasi dan pindah ke Yangon untuk tinggal bersama gundiknya dengan kekayaan luar biasa, yang diyakini mencapai US$ 5 miliar atau Rp 74 triliun.