TEMPO.CO, Jakarta - Selama Perang Dingin, Angkatan Darat Amerika Serikat dilaporkan pernah membuat rencana untuk perang nuklir yang dirancang pada 1960-an untuk menghancurkan Uni Soviet dan Cina dengan menghancurkan industri potensial dan memusnahkan sebagian besar populasi.
Dilansir dari Russia Today, 3 September 2018, Dokumen rahasia rencana ini adalah rencana perang nuklir umum AS yang ditinjau Staf Gabungan pada 1964, yang baru-baru ini diterbitkan oleh proyek Arsip Keamanan Nasional George Washington University. Rencana menunjukkan bagaimana Pentagon mempelajari opsi untuk menghancurkan Uni Soviet dan Cina.
Baca: Israel Ancam Gunakan Senjata Nuklir untuk Melibas Musuhnya
Peninjauan ulang, yang dilakukan dua tahun setelah Krisis Misil Kuba, merencanakan skenario penghancuran Uni Soviet dengan memusnahkan 70 persen industrinya selama serangan nuklir antisipasi dan pembalasan.
Ledakan Bom Nuklir [www.smithsonianmag.com]
Sementara target lainnya adalah Cina, yang memiliki ekonomi berbasis agraria saat itu. Menurut rincian rencana, AS akan memusnahkan 30 kota besar Cina, membunuh 30 persen populasi dan mengurangi separuh kemampuan industrinya. Keberhasilan pelaksanaan serangan nuklir berskala besar akan memastikan bahwa Cina tidak lagi menjadi negara yang layak.
Staf Gabungan telah mengusulkan untuk menggunakan pemusnahan populasi sebagai tolak ukur utama untuk keefektifan dalam menghancurkan masyarakat musuh dengan hanya perhatian terhadap kerusakan industri.
Baca: Israel Diduga Pernah Uji Coba Senjata Nuklir di Samudra Hindia
Dilansir dari Sputniknews, Badan Arsip dan Arsip Nasional (NARA) telah mengumumkan dan mempublikasikan daftar target potensial pemboman nuklir AS tahun 1959, yang mencakup ratusan tujuan tidak hanya di Uni Soviet, tetapi juga di Eropa Timur dan Cina.
Dokumen yang baru-baru ini dirilis menunjukkan bahwa AS merasa penghancuran kawasan perkotaan Uni Soviet dan Cina menjadi pilihan yang masuk akal jika terjadi perang nuklir. Menurut Rencana Operasi Terpadu Tunggal (SIOP) 1962-1964, dokumen yang digunakan sebagai pedoman untuk senjata nuklir dalam kasus perang, AS sedang mempertimbangkan menghambat kemampuan industri dan penghancuran masyarakat dalam skenario serangan balasan.
Ledakan bom hidrogen milik Uni Soviet. atomicarchive.com
Di antara target prioritas pertama dalam rencana ini adalah ICBM, lapangan udara dan objek militer lainnya. Namun, tingkat prioritas terakhir, yang disebut "target Charlie" termasuk daerah perkotaan. Tujuannya adalah untuk menghancurkan kemampuan suatu negara untuk berperang dan untuk menghapus Cina dan Uni Soviet dari kategori kekuatan industri utama, untuk memastikan posisi yang menguntungkan bagi AS di dunia pasca-perang.
Rencana perang nuklir 1964 tidak menyebut tingkat korban musuh yang diantisipasi, tetapi para peneliti memproyeksikan berdasarkan perkiraan tahun 1961 bahwa serangan AS akan membunuh 71 persen penduduk di pusat-pusat perkotaan utama Uni Soviet dan 53 persen penduduk di Cina . Demikian juga, perkiraan 1962 meramalkan kematian 70 juta warga Soviet selama "serangan tiba-tiba Amerika Serikat" pada target militer dan industri perkotaan.
Baca: PBB: Iran Penuhi Kesepakatan Nuklir 2015
Strategi nuklir yang ada juga memungkinkan AS untuk melakukan serangan nuklir tidak hanya dalam menanggapi serangan nuklir musuh, tetapi juga sebagai balasan terhadap serangan strategis non-nuklir yang signifikan di Amerika Serikat dan sekutunya selama Perang Dingin.