Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

AS Usulkan agar Palestina dan Yordania Membentuk Konfederasi

image-gnews
Mahmoud Abbas. REUTERS
Mahmoud Abbas. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tim perdamaian Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan menawarkan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, gagasan untuk membentuk konfederasi Palestina-Yordania.

Berbicara sebelum pertemuan dengan gerakan sayap kiri Israel Peace Now dan anggota parlemen Israel, Mahmoud Abbas, seperti dilaporkan Sputniknews, 3 September 2018, mengatakan dia mengakui minatnya dalam proyek semacam itu, tetapi hanya jika Israel menjadi bagian konfederasi.

Baca: Amerika Serikat Hentikan Bantuan Dana untuk Pengungsi Palestina

"Saya ditanya apakah saya percaya pada federasi dengan Yordania," kata Abbas tentang pembicaraan yang ia adakan dengan asisten Trump dan menantu laki-laki Jared Kushner dan utusan Timur Tengah AS, Jason Greenblatt. "Saya menjawab: Ya, saya ingin konfederasi dengan Yordania dan Israel. Saya telah bertanya kepada Israel apakah mereka akan menyetujui tawaran semacam itu."

Tidak pasti kapan perundingan berlangsung, karena Abbas menolak bertemu dengan perwakilan AS setelah pengakuan sepihak Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Dari kiri: Presiden Mesir Hosni Mubarak, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Barack Obama, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Raja Yordania Abdullah II berjalan di Gedung Putih saat perundingan damai Timur Tengah di Washington. AP/ Pablo Martinez Monsivais

Konfederasi Palestina-Yordania telah disarankan oleh beberapa orang di Israel sebagai cara untuk menghindari pemberian status negara penuh kepada warga Palestina. Usulan itu juga akan memungkinkan Israel menghindari tanggung jawab atas sekitar 3,5 juta warga Palestina di Tepi Barat.

Namun jawaban Mahmoud Abbas diyakini sebagai isyarat penolakan terhadap usulan tersebut, karena Israel tidak akan tertarik bergabung dengan konfederasi bersama Yordania.

Baca: Anggaran UNRWA Dipangkas, Yordania Galang Dana bagi Palestina

Hal ini tidak diungkapkan seperti apa tingkat kemandirian Palestina di bawah konfederasi, serta rincian administratif lainnya dari rencana tersebut.

Mahmoud Abbas menyatakan kesediaannya untuk menyetujui perjanjian pertukaran tanah dengan Israel, tetapi tidak merinci bagaimana evakuasi permukiman Israel dari Tepi Barat akan diatur.

Dilansir dari Haaretz, pada awal 1980, Raja Hussein dari Yordania dan Yasser Arafat memiliki rencana untuk membuat konfederasi antara Yordania dan Tepi Barat, setelah Israel mundur ke perbatasan 1967. Sebagian besar rencana itu diterima tetapi kemudian ditinggalkan karena perselisihan mengenai pembagian tanggung jawab dan status masing-masing pihak.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bertemu dengan Raja Yordania, King Abdullah II di Washington. aawsat.com

Pada 1988, rencana itu secara permanen ditangguhkan, ketika Raja Hussein memutuskan hubungan hukum dan administratif Yordania dengan Tepi Barat. Sejak itu, ide membentuk konfenderasi selalu dikumandangkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tetapi Raja Abdullah menolaknya berulang kali.

Amerika Serikat berupaya menghidupkan kembali ide konfederasi, yang menurut Mahmoud Abbas mirip dengan versi 1980-an. Pada 1980-an, Arafat mencari penopang politik setelah kepemimpinan PLO dan militan diusir dari Lebanon, sementara Yordania berusaha memperketat cengkeramannya di Tepi Barat.

Namun keadaan saat ini berbeda. Kepemimpinan Fatah, yang jauh dari Mesir dan Arab Saudi, masih membutuhkan dukungan politik yang kuat untuk memajukan kepentingan nasional Palestina, tetapi Yordania tidak terburu-buru melakukan ini. Menteri Komunikasi Yordania, Jumana Ghunaimat, mengatakan bahwa ide konfederasi dengan Yordania tidak untuk didiskusikan dan bahwa Palestina memiliki hak untuk mendirikan negara mereka di tanah mereka.

Baca: Abbas Sebut UU Negara Israel sebagai Rasis

Rencana Israel yang dibahas bersama utusan Presiden AS Donald Trump, disampaikan kepada Abdullah yang menyerukan agar pasukan keamanan Yordania bertanggung jawab melindungi Tepi Barat (kecuali Yerusalem) dan perbatasan antara Israel dan konfederasi.

Perjanjian konfederasi, yang akan ditandatangani oleh Tepi Barat dan Yordania, tidak menentukan apakah parlemen dan konstitusi bersama akan dibentuk atau apakah Palestina akan memiliki status negara.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

1 jam lalu

Ismail Haniyeh REUTERS
Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

Qatar menyatakan tetap berkomitmen dalam upaya memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel.


Kampus-kampus AS Diguncang Unjuk Rasa Pro - Palestina, Mahasiswa Ditangkapi

8 jam lalu

Puluhan aktivis pembela HAM dan tokoh masyarakat bersama Amnesty International Indonesia menggelar aksi unjuk rasa Menolak Kejahatan Kemanusian di Gaza di depan Kedubes AS, Jakarta, Jumat 27 Oktober 2023. Dalam aksinya para aktivis menyerukan negara-negara sekutunya seperti Amerika Serikat harus didesak untuk memastikan Israel menghentikan serangan besar-besaran ke Gaza sekaligus mengakhiri penindasan sistem Apartheid kepada warga Palestina. TEMPO/Subekti.
Kampus-kampus AS Diguncang Unjuk Rasa Pro - Palestina, Mahasiswa Ditangkapi

Polisi menangkapi mahasiswa di New York University yang berunjuk rasa mendukung Palestina.


Piala Asia U-23: Pelatih Yordania Kecewa, tapi Akui Timnas Indonesia U-23 Layak Menang

1 hari lalu

Pesepak bola Timnas Indonesia U-23 Rafael William Struick (kiri) menendang bola dengan dihadang pesepak bola Timnas Yordania U-23 Arafat Haj Ibrahim  pada Kualifikasi Grup A Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Minggu, 21 April 2024. ANTARA/HO-PSSI
Piala Asia U-23: Pelatih Yordania Kecewa, tapi Akui Timnas Indonesia U-23 Layak Menang

Pelatih Yordania, Abdallah Abu Zema, kecewa berat usai menelan kekalahan dari Timnas Indonesia U-23 pada laga terakhir Grup A Piala Asia U-23 2024.


Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Gaza, Berisi 210 Jasad dari Khan Younis

1 hari lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. Lusinan warga Palestina yang tidak diketahui identitasnya dimakamkan di pemakaman massal di Gaza setelah pemerintah Israel menyerahkan jenazah yang mereka simpan di Israel. REUTERS/Mohammed Salem
Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Gaza, Berisi 210 Jasad dari Khan Younis

Badan layanan darurat Palestina telah menemukan 210 jasad di kuburan massal di Kompleks Medis Nasser di Kota Khan Younis, Gaza selatan


Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

1 hari lalu

Paus Fransiskus memimpin doa Angelus di Vatikan, 17 Desember 2023. REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.


AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

1 hari lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

PM Israel Benjamin Netanyahu akan melawan sanksi apa pun yang menargetkan unit militer Israel atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.


Bayi di Gaza Lahir dari Rahim Ibu Hamil yang Tewas Diserang Israel

1 hari lalu

Petugas medis menggendong seorang bayi perempuan Palestina yang baru lahir setelah dia dikeluarkan hidup-hidup dari rahim ibunya Sabreen Al-Sheikh, yang terbunuh dalam serangan Israel, bersama suaminya dan putrinya di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di sebuah rumah sakit di Rafah di Jalur Gaza selatan, 20 April 2024. Bayi tersebut, dengan berat 1,4 kg dan dilahirkan melalui operasi caesar darurat, berada dalam kondisi stabil dan membaik secara bertahap. Reuters TV via REUTERS
Bayi di Gaza Lahir dari Rahim Ibu Hamil yang Tewas Diserang Israel

Tim medis di Gaza berhasil melakukan operasi caesar untuk membantu lahirnya bayi dari rahim seorang ibu yang tewas dalam serangan Israel.


Detik-detik Laga Timnas Indonesia Vs Yordania di Piala Asia U-23, Siapa Lolos dari Lubang Jarum?

2 hari lalu

Timnas U-23 Indonesia. Foto : PSSI
Detik-detik Laga Timnas Indonesia Vs Yordania di Piala Asia U-23, Siapa Lolos dari Lubang Jarum?

Pelatih timnas Yordania-U23 Abdallah Abu Zema menilai timnas Indonesia U-23 Indonesia adalah yang lawan sulit. Siapa keluar sebagai pemenang?


Jalan Panjang Negara Palestina Jadi Anggota Penuh PBB Kembali Terhenti

2 hari lalu

Duta Besar Aljazair untuk PBB Sofiane Mimouni berbicara sebelum pemungutan suara mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di markas besar PBB di New York, AS, 20 Februari 2024. REUTERS/Mike Segar
Jalan Panjang Negara Palestina Jadi Anggota Penuh PBB Kembali Terhenti

Sebagian besar negara di dunia termasuk negara-negara anggota OKI, Liga Arab, Gerakan Non-Blok, dan ASEAN telah mengakui keberadaan Negara Palestina.


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

2 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976