TEMPO.CO, Ankara – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan lembaga pemeringkat utang dari Barat berupaya melemahkan sektor perbankan di tengah serangan terhadap nilai tukar lira.
Baca:
Nilai Tukar Lira Melemah, Erdogan Menantang Operasi Dolar Amerika
Erdogan mengatakan ini setelah lembaga pemeringkat utang Fitch dan Moody’s, yang keduanya berbasis di Amerika Serikat, mengeluarkan pernyataan soal kondisi perbankan Turki yang dinilai mengkhawatirkan terkait melemahnya nilai tukar lira.
Sejak awal tahun, lira telah melemah sekitar 40 persen hingga ke level 7,24 per dolar meskipun mulai menguat ke level 6,55 per dolar belakangan ini.
Baca Juga:
“Jika mereka mempunyai dolar, kita punya Tuhan kita. Mereka tidak bisa menjatuhkan Turki dengan dolar,” kata Erdogan di hadapan para pendukung di Kota Balikesir di barat laut Turki seperti dilansir Dawn dan Sputnik News.
“Kesampingkan ini, tinggalkan para penipu dan pemeras itu. Mereka telah bicara banyak tentang kita,” kata dia.
Baca:
Kena Sanksi, Erdogan Sebut Amerika Tusuk Turki di Punggung
Pada Jumat lalu, pemerintah Turki mengatakan akan menurunkan tingkat pajak untuk tabungan dalam bentuk lira secara drastis. Pada saat yang sama, pemerintah menaikkan tingkat pajak untuk simpanan dalam bentuk valuta asing seperti dolar.
Ini dilakukan untuk mendorong masyarakat Turki menjual dolar yang mereka miliki dan beralih ke mata uang nasional lira.
Menurut Dawn, kebijakan pemerintah ini membantu menguatkan nilai tukar lira menjadi 6,59 dari sebelumnya 6,89 per dolar.
Mata uang Lira Turki [REUTERS]
Sebelum ini, bank sentral Turki CBRT juga telah membatasi transaksi penukaran valas untuk menekan aktivitas spekulasi mata uang lira di pasar mata uang negara itu.
Baca:
Erdogan Sebut Amerika Lancarkan Perang Dagang
Secara terpisah, Menteri Keuangan Turki, Berat Albayrak, juga mengkritik pernyataan lembaga pemeringkat utang. “Mereka mencoba membentuk pandangan pesimistik mengenai perbankan kita,” kata dia sambil menambahkan kondisi neraca keuangan perbankan Turki lebih baik dibandingkan sejumlah rival dari negara lain.
Melemahnya nilai tukar lira membuat beban biaya pembayaran utang meningkat dan ini bisa meningkatkan jumlah kredit macet perbankan di Turki.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan disaksikan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Brussels Belgia, 11 Juli 2018. (Presidency Press Service via AP, Pool)
Saat ini, menurut perkiraan JP Morgan, ada sekitar US$179 miliar atau sekitar Rp2600 triliun utang luar negeri Turki yang bakal jatuh tempo hingga Juli 2019. Sekitar US$146 miliar atau Rp2,200 triliun merupakan utang dari sektor swasta.
Baca:
Sambut Ajakan Erdogan, Warga Turki Rusak iPhone dan Buang Cola
Sebelumnya, Erdogan mengatakan Turki akan mengurangi secara drastis penggunaan dolar dalam kegiatan bisnis swasta dan pemerintah. Ini dilakukan dengan membuat kesepakatan bilateral dengan sejumlah mitra dagang utama seperti Cina, Rusia, Iran dan Ukraina.