TEMPO.CO, Indiana- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyerang pejabat kementerian Kehakiman dan Biro Penyelidik Federal FBI dalam sebuah kampanye di negara bagian Indiana pada Kamis malam, 30 Agustus 2018 waktu setempat.
Baca:
Trump Tuding Cina Hambat Soal Korea Utara, Beijing Berang
Trump juga mengisyaratkan bekas menteri luar negeri Hillary Clinton, yang juga menjadi pesaingnya pada pilpres AS 2016, bisa menghadapi tuntutan hukum ke depan.
“Kementerian Kehakiman dan FBI harus mulai melakukan tugas mereka dan melakukannya dengan benar dan melakukannya sekarang karena rakyat marah. Rakyat marah,” kata Trump pada pidato massal saat berkampanye di Evansville untuk calon anggota Senat Mike Braun dari Partai Republik seperti dilansir CNN, Jumat, 31 Agustus 2018.
Baca Juga:
Baca:
Kesepakatan Trump - Kim Jong Un di Singapura Semakin Tak Jelas
Trump melanjutkan pidatonya dengan bersemangat. “Apa yang terjadi saat ini merupakan hal memalukan dan pada titik tertentu – saya ingin tetap di luar, tapi pada titik tertentu, jika ini tidak diluruskan dengan benar – saya mau mereka melakukan tugas mereka – maka saya akan melibatkan diri,” kata Trump.
Dalam pidato ini, Trump juga menyerang lawan politiknya Hillary Clinton. “Lihat bagaimana dia lolos dengan apa yang terjadi,” kata Trump. “Tapi kita lihat apakah dia bisa meloloskan diri dari ini. Kita lihat ya.” FBI sempat memeriksa Hillary terkait penggunaan server pribadi untuk layanan emailnya. Sekitar 30 ribu email Hillary dikabarkan hilang dan tidak bisa diperiksa FBI.
Baca:
Berkonflik, Trump Larang Ucapan Duka Resmi untuk McCain?
Pernyataan Trump ini mendapat tanggapan heboh dari para pendukungnya, yang meneriakkan,”Penjarakan dia.”
Thank you Indiana, I love you!https://t.co/To6s9ViMj1
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) August 31, 2018
Sebelum ini, Trump telah berulang kali mengkritik FBI dan kementerian Kehakiman. Dalam wawancara dengan Fox News, misalnya, Trump mengkritik keras Jaksa Agung, Jeff Sessions, yang memutuskan tidak melibatkan diri dalam proses investigasi dugaan intervensi Rusia pada pemilu Presiden AS 2018.
Padahal, Trump memilih Session untuk posisi strategis itu. “Kenapa dia tidak bilang sejak awal mau memutuskan tidak melibatkan diri dalam investigasi itu,” kata Trump sambil menyebutnya tidak bertanggung jawab dalam mengelola kementerian Kehakiman.
Baca:
Mantan Karyawan Ungkap Kontrak Tutup Mulut Hubungan Gelap Trump
Beredar kabar Trump bakal memberhentikan Sessions seusai pemilu tengah AS pada November 2018. Dia disebut telah menyiapkan penggantinya.
Seperti dilansir Reuters, Trump secara terbuka berkonflik dengan James Comey, bekas direktur FBI yang diberhentikannya pada pertengahan 2017. Dia lalu mengecam Andrew McCabe, Deputi Direktur FBI di bawah Comey, dan menyebutnya mendapatkan keuntungan finansial dari Partai Demokrat.
Trump juga mengecam keras Peter Strzok, yang merupakan bekas pimpinan kontra-intelijen di FBI dan memimpin penyelidikan lapangan terhadap Trump. Strzok akhirnya diberhentikan dari FBI karena dianggap bersikap bias dalam menangani kasus Trump. Strzok mengungkapkan dukungan pribadinya kepada Hillary Clinton.