TEMPO.CO, Wina – Pemerintah Iran tetap mengikuti sejumlah batasan yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015. Perjanjian ini diteken oleh Inggris, Jerman, Cina, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, yang belakangan menarik diri.
Baca:
Rouhani Telepon Macron Soal Komitmen Perjanjian Nuklir dan Bisnis
Temuan ini tercantum dalam laporan rahasia Lembaga Energi Atom Internasionl, IAEA, yang merupakan tim pengawas bom atom dari Perserikatan Bangsa Bangsa, PBB, pada Kamis, 30 Agustus 2018 seperti dilansir Reuters.
“Pemerintah Iran menyediakan kerja sama yang proaktif dan tepat waktu untuk memberikan akses ke fasilitas-fasilitas nuklir dan ini memfasilitasi implementasi dari Protokol Tambahan dan meningkatkan kepercayaan,” begitu bunyi laporan yang dibagikan oleh IAEA kepada negara-negara anggota.
IAEA menambahkan,”Tingkat produksi (pengayaan uranium) berlangsung konstan. Tidak ada perubahan apapun,” kata salah seorang diplomat kepada Reuters.
Baca:
Menlu Korea Utara Sebut Sikap Amerika Salah Soal Nuklir Iran
Lembaga pengawas PBB yang berbasis di Wina ini juga menambahkan tim inspeksi mereka mampu melakukan semua inspeksi tambahan yang dibutuhkan untuk memastikan Iran mematuhi kesepakatan nuklir itu.
Ini merupakan laporan kwartal kedua sejak Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan pada Mei 2018 bahwa negaranya keluar dari perjanjian nuklir dan mengenakan kembali sanksi.
IAEA justru menyatakan pemerintah Iran telah mengikuti batasan level pengayaan uranium, jumlah stok pengayaan uranium dan item lainnya.
If preserving JCPOA is the goal, then there is no escape from mustering the courage to comply with commitment to normalize Iran's economic relations instead of making extraneous demands. Being the party to still honor the deal in deeds & not just words is not Iran's only option. pic.twitter.com/x8t49TegUb
— Javad Zarif (@JZarif) August 30, 2018
Menanggapi ini, Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan,”Menjadi pihak yang tetap menghormati perjanjian nuklir dalam tindakan dan bukan hanya kata-kata bukanlah opsi Iran satu-satunya.”
Baca:
Amerika Bentuk Grup Aksi Iran, Menlu Zarif Sebut Upaya Kudeta
Menlu Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan kesepakatan nuklir Iran tetap berlangsung meskipun AS menarik diri.
Le Drian meminta rekan-rekan menteri, yang bertemu di Wina pada Kamis, untuk mendiskusikan kebijakan Uni Eropa mengenai Iran. Dia meminta EU untuk melindungi Teheran dari sanksi AS.
Le Drian juga meminta,”Adanya mekanisme keuangan permanen yang bisa mengizinkan Iran terus berdagang.”
UE telah mengimplementasikan sebuah undang undang pada bulan ini untuk melindungi perusahaan Eropa dari terkena sanksi AS terkait Iran. UE juga telah menyetujui bantuan dana untuk sektor swasta Iran meskipun sejumlah besar perusahaan Eropa menarik diri dari Iran.
Baca: Iran: Mau Berunding, Donald Trump Harus Ikut Perjanjian Nuklir
Mengenai ini, Menlu Iran, Javad Zarif, mengatakan jika negara-negara ingin kesepakatan nuklir Iran dipertahankan maka harus berani menjalankan komitmen mereka untuk menormalkan hubungan ekonomi dengan Iran dan bukannya membuat permintaan berlebihan.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, sempat melontarkan keraguannya mengenai kemampuan negara-negara UE untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir ini dan meminta Iran bersiap untuk meninggalkannya.