TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, bersumpah akan terus memperjuangkan tegakknya demokrasi di Thailand, meskipun sekarang tinggal di pengasingan. Thaksin sudah hampir 10 tahun melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari hukuman penjara yang dinilai bermuatan politik.
"Kehilangan itu hanya ada dua. Pertama hilang karena kematian dan kedua, hilang karena menyerah. Kita tidak akan kalah selama kita berjuang. Tidak ada perang, yang ada pertempuran. Sebab perang akan berakhir ketika semuanya musnah sedangkan pertempuran lebih pada sikap yang terus-menerus untuk berjuang," kata Thaksin, yang dipublikasi nationmultimedia.com pada awal Agustus 2018.
Baca: Thaksin Tak Peroleh Amnesti
Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra bersama pendukungnya. REUTERS
Baca: Thaksin: Rp 3,6 Miliar bagi Penangkap Pelaku Bom
Menurut Thaksin, 69 tahun, dia ingin sekali melihat Thailand makmur lagi. Dia pun ingin martabat seluruh rakyat Thailand kembali.
"Kami dulu hidup dengan martabat, hak dan kebebasan yang sama di bawah sebuah pemerintahan yang demokratis," kata Thaksin.
Thaksin melepaskan jabatan lewat sebuah kudeta militer pada 2006. Hal serupa terjadi pada adiknya, Yingluck Shinawatra, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand dan pada 2014 dikudeta militer.
Thaksin dan Yingluck saat ini hidup di pengasingan untuk menghindari pengadilan yang disebut keduanya sebuah peradilan yang tidak adil. Keduanya berasal dari Partai Pheu Thai. Thaksin memimpin Thailand pada 2001 - 2006 dengan menciptakan sejumlah perubahan besar kebijakan Thailand.