4. Rwanda
Genosida Rwanda adalah salah satu tragedi berdarah dalam sejarah manusia. Kecelakaan pesawat pada 1994, yang menyebabkan kematian Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana, memicu kekerasan terorganisir terhadap suku Tutsi dan penduduk sipil Hutu moderat di seluruh negeri.
Sekitar 800.000 orang Tutsi dan Hutu yang moderat dibantai dalam program genosida yang diorganisir selama 100 hari, menjadikan genosida ini sebagai pembantaian tercepat dalam sejarah di dunia. Rwanda terdiri dari tiga kelompok etnis utama: Hutu, Tutsi dan Twa. Hampir 85 persen dari populasi adalah Hutu, menjadikannya kelompok mayoritas di Rwanda.
Baca: Bos Genosida Rwanda Ditangkap di London
Tutsi terdiri dari 14 persen populasi dan Twa mencapai 1 persen.Kekuasaan kolonial Belgia percaya bahwa Tutsi lebih unggul dari Hutu dan Twa, dan menempatkan Tutsi, yang bertanggung jawab atas Rwanda. Namun pada akhir pemerintahannya, kolonial Belgia mulai memberi lebih banyak kekuatan kepada Hutu. Ketika Hutu memperoleh lebih banyak pengaruh, mereka mulai mengusir Tutsi dari Rwanda dan secara signifikan menurunkan populasi Tutsi.
5. Konflik Bosnia
Pada 1991, Yugoslavia mulai pecah akibat konflik etnis. Ketika Republik Bosnia dan Herzegovina (Bosnia) mendeklarasikan kemerdekaan pada 1992, wilayah itu menjadi medan pertempuran.Orang-orang Serbia mengincar warga sipil Bosnia dan Kroasia di daerah-daerah yang berada di bawah kendali mereka dalam kampanye pembersihan etnis.
Baca:
Mahkamah Internasional Hukum Seumur Hidup Penjagal Bosnia Serbia
Perang di Bosnia merenggut nyawa sekitar 100.000 orang. Republik Federal Yugoslavia dibentuk pada akhir Perang Dunia II, terdiri dari Bosnia, Serbia, Montenegro, Kroasia, Slovenia, dan Makedonia. Banyak kelompok etnis membentuk populasi, termasuk Kristen Ortodoks Serbia, Muslim Bosnia, Kroasia Katolik, dan etnis Albania Muslim.
Saat Presiden Josip Broz Tito berkuasa pada 1943, dia memerintah dengan tangan besi. Meskipun dia dianggap sebagai "diktator yang baik hati" dan kadang-kadang cukup kejam, upaya Tito memastikan bahwa tidak ada kelompok etnis yang mendominasi negara itu, melarang mobilisasi politik dan berusaha menciptakan identitas Yugoslavia yang terpadu.