TEMPO.CO, Riyadh - Pemerintah Arab Saudi menahan seorang tokoh imam dan penceramah di Mesjidil Haram di Mekkah karena mengkritik pertemuan publik, yang bercampur antara lelaki dan perempuan.
Baca:
5 Aktivis Perempuan Arab Saudi Terancam Dipenggal Kepala
Kabar ini dilansir lembaga advokasi Prisoners of Conscience, yang memonitor dan mendokumentasikan penangkapan para penceramah dan cendekiawan agama di Saudi.
Lembaga advokasi ini mengatakan Sheikh Saleh al-Talib ditangkap setelah menyampaikan ceramah mengenai tugas seorang Muslim berbicara melawan kejahatan di ruang publik.
We confirm the arrest of the Imam of Haram Sheikh Dr. Saleh al Taleb, and it is said that the reason for the arrest is a speech about the doing evil and the duty in Islam to deny that in public! pic.twitter.com/8jq70ljDGg
— Prisoners of Conscie (@m3takl_en) August 19, 2018
Freedom for all the clerics and the preachers who are in jail for months and years with no guilt. pic.twitter.com/D78Q4jN3Kg
— Prisoners of Conscie (@m3takl_en) August 20, 2018
“Talib mengkritik percampuran lelaki dan perempuan dalam kegiatan di konser dan acara hiburan lainnya,” begitu diberitakan Khaleej Online dan dikutip Al Jazeera, Kamis, 23 Agustus 2018.
Baca:
Idul Adha, Arab Saudi Kerahkan 800 Dokter Hewan Awasi Kurban
Pemerintah Saudi belum mengeluarkan pernyataan soal penangkapan ini. Belakangan ini, kerajaan memang melonggarkan aturan mengenai kehadiran perempuan di acara ruang publik seperti menonton pertandingan sepak bola, menonton film di bioskop hingga menghadiri konser.
Dua akun Twitter milik Talib baik yang berbahasa Arab dan Inggris menjadi nonaktif sejak beredarnya kabar penangkapan itu.
Aktivis HAM asal Saudi yang berbasis di Inggris, Yahya Assiri, mengatkaan otoritas kerajaan mencari semua orang yang berpengaruh dan hadir pada saat ceramah itu.
Raja Salman (kiri) bertemu dengan Raja Yordania Abdullah II (tengah), Perdana Menteri Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Rashid (kanan) dan Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah (membelakangi kamera) di Istana Safa Mekkah, Senin, 11 Juni 2018. (SPA)
“Orang-orang yang memilih diam dan telah menyatakan kesetiaan terhadap negara, atau orang-orang yang mendukung inisiatif pemerintah, tetap tidak aman,” kata Assiri.
Baca:
Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Saudi Aramco
Penangkapan terhadap sejumlah imam dan penceramah di Saudi terjadi semakin marak sejak Mohammed Bin Salman menjadi Putra Mahkota Arab Saudi pada Juni 2017.
Sejumlah aktivis perempuan juga ditangkap bahkan terancam hukuman mati. Beberapa pangeran, yang diduga terlibat kegiatan korupsi, juga ditangkap pada awal tahun. Mereka baru dibabaskan setelah membayar ganti rugi kepada negara.
Sejumlah tokoh penceramah terkenal yang telah ditangkap seperti Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan dan Sadar al-Hawali.
Baca:
Arab Saudi Sediakan Santapan Siap Saji Bagi Jamaah Haji
Al Awdah dan Al Qarni, yang memiliki jutaan pendukung di sosial media, ditangkap pada September 2017. Mereka dituding memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, yang dicap sebagai organisasi teror oleh pemerintah Saudi.
Sedangkan Al-Hawali ditahan setelah menerbitkan buku setebal 3000 halaman dan menyebut klan Bin Salman melakukan penghianatan terkait hubunga mereka dengan Israel.
Pada awal 2018, Salman melunakkan posisi Saudi terhadap Israel dengan menyebut Israel memiliki hak atas tanah mereka sendiri dan ada sejumlah kepentingan bersama antara Saudi dan Israel.
Pada Maret 2018, Riyadh mengizinkan maskapai nasional India melewati wilayah udara Arab Saudi dalam rute menuju Tel Aviv.