TEMPO.CO, Jakarta - Kemenangan Donald Trump tidak bisa terlepas dari sosok Paul Manafort, yang menjadi ketua tim sukses kampanye pilpres 2016.
Dilansir dari Business Insider, 23 Agustus 2018, Paul Manafort lahir pada 1949 dan dibesarkan di New Britain, Connecticut, Amerika Serikat, sebuah kota yang sebagian besar menganut paham liberal di mana ayahnya menjadi walikota Republik selama tiga periode.
Seperti Presiden Donald Trump, Manafort berasal dari keluarga real-estate. Di samping pekerjaan politiknya, ayahnya juga mengelola perusahaan konstruksi keluarga, Manafort Brothers Inc., yang didirikan oleh ayah imigran Italia-nya.
Alih-alih mengambil alih bisnis keluarga, Manafort memutuskan untuk mengejar minatnya dalam politik dan pindah ke Washington DC, di mana ia memperoleh gelar sarjana bisnis dan gelar sarjana hukum di Georgetown University.
Baca: Ketua Timses Donald Trump Divonis Bersalah Gelapkan Pajak
Menjadi Konsultan Politik Diktator di Sejumlah Negara
Ketika bekerja di sebuah firma hukum swasta dua tahun setelah lulus dari sekolah hukum, Paul Manafort mulai menjadi penasihat kampanye presiden Republik Gerald Ford pada 1976.
Sejak 1970-an, ia telah membangun koneksi yang dalam di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, bekerja sebagai pelobi politik, penasihat, dan konsultan politik internasional bagi para pemimpin di seluruh dunia, termasuk diktator Mobutu Sese Seko dari Republik Demokratik Kongo dan Ferdinand Marcos dari Filipina.
Atas keberhasilannya menaikan pemimpin dunia di tampuk kekuasaan, Paul Manafort mulai dipandang kalangan Demokrat di Washington.
Paul Manafort [Kyiv Post]
Pada 2004, ia menjadi penasihat utama untuk Presiden Ukraina Viktor Yanukovych, seorang kuat pro-Rusia dan Manafort membantunya memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2010.
Yanukovych digulingkan pada 2014 setelah demonstrasi setelah membuat keputusan untuk mundur dari Uni Eropa yang menjauhkan Ukraina dari Rusia dan memupuk hubungan lebih dekat dengan Barat.
Yanukovych melarikan diri ke Rusia setelah diduga memerintahkan pasukan keamanan menembak para demonstran dan sekarang hidup di bawah perlindungan Rusia.