TEMPO.CO, Jakarta - Cina mempertimbangkan membangun jalur kereta api berkecepatan tinggi sepanjang 180 kilometer yang menghubungkan kota Suifenhe, provinsi Heilongjiang tenggara dengan Vladivostok di Timur Jauh Rusia.
Dilansir dari Russia Today, proyek ini bernilai US$ 7 miliar atau Rp 102 triliun, seperti diungkapkan Wakil Perdana Menteri Rusia, Yury Trutnev, yang merupakan utusan presiden di Distrik Federal Timur Jauh.
Baca: Mahathir Batalkan 2 Proyek Cina, Sebut Pemerintahan Najib Bodoh
"Sebuah perusahaan Cina mempertimbangkan semuanya secara detail dan sampai pada kesimpulan bahwa pembangunan jalan kereta api itu hemat biaya," kata Trutnev.
Namun Trutnev mengatakan masih ada beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh Rusia, sementara perusahaan Cina hampir menyelesaikan studi kelayakan.
"Masalah yang paling penting adalah lebar lintasan," kata Trutnev. Dia menjelaskan bahwa kedua belah pihak telah mempertimbangkan opsi yang berbeda, termasuk pengukur ganda. Namun Kementerian Transportasi dan Kereta Api Rusia (RZD) bersikeras memasang jalur domestik dengan lebar 1520 milimeter.
Kereta Barang di Timur Jauh Rusia [www.stimson.org]
Rel kereta baru akan menjadi bagian dari jaringan rel kecepatan tinggi Mudanjiang-Vladivostok, pengembangan yang disepakati awal tahun ini.
Proyek total nilai US$ 12 miliar (Rp 175 triliun) ini akan melibatkan pembangunan lebih dari 380 kilometer rel, yang menggabungkan sekitar 12 stasiun baru, dan sejumlah jembatan dan terowongan yang belum ditentukan. Kecepatan kereta ini diperkirakan mencapai 250 kilometer per jam.
Baca: Berdagang dengan Korea Utara, AS Blacklist Cina dan Rusia
Ini adalah bagian dari rencana raksasa "Gugus Sabuk dan Jalan" (Belt and Road) yang dicanangkan Presiden Cina dan pemimpin partai, Xi Jinping yang gencar mempromosikan prakarsa "Gugur Sabuk dan Jalan" senilai triliunan dolar AS, seperti dilansir dari Associated Press.
Proyek ini berusaha untuk menghubungkan Cina dengan bagian lain Asia, Eropa, Afrika dan lainnya melalui proyek transportasi dan infrastruktur.
Kereta melaju di jalur sepanjang 10.400 kilometer yang menghubungkan kota Yiwu, Cina, dengan kota Teheran, Iran, yang dibangun dalam megaproyek "Jalur Sutra Baru Cina".[Flickr/ninara via Sputniknews]
Pada Forum Sabuk dan Jalan, Presiden Xi mengatakan bahwa "Dalam mengupayakan rencana Prakarsa 'Sabuk dan Jalan', kita harus fokus pada isu fundamental pembangunan, melepaskan potensi pertumbuhan berbagai negara dan mencapai integrasi ekonomi dan pembangunan yang saling berhubungan dan memberikan manfaat bagi semua," kata Xi seperti dikutip dari Center For Strategic & International Studies (CSIS).
Baca: Soal Lira, Cina, Qatar, Jerman, Prancis dan Rusia Dukung Turki
Beberapa proyek prakarsa "Sabuk dan Jalan" sudah berjalan, seperti Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), koridor sepanjang 3.000 kilometer yang membentang dari Kashgar Cina ke Gwadar Pakistan. CPEC mencakup beragam proyek infrastruktur termasuk jalan raya, jalur kereta api, saluran pipa, dan kabel optik, tetapi lebih dari separuh dari total investasi yang direncanakan untuk CPEC akan masuk ke proyek-proyek energi seperti pembangkit listrik.
Xu Shaoshi, Ketua Komisi Pengembangan dan Reformasi Nasional Cina, menyatakan bahwa CPEC adalah "lompatan penting dalam rantai yang lebih besar dari Belt and Road Initiative, dan akan memungkinkan terwujudnya 'Jalur Maritim Abad 21'".