TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin pemerintahan Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan hubungan dirinya dengan militer tidak buruk dan bahkan beberapa jenderal di kabinetnya bersikap manis.
"Hubungan kami dengan militer tidaklah buruk. Jangan lupa kami punya tiga anggota kabinet yang faktanya mereka dari militer, jenderal, dan mereka semua cukup manis," kata Suu Kyi saat menjawab pertanyaan tentang apakah dia khawatir akan terjadi kudeta militer di Myanmar seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 21 Juli 2018.
Baca: Peraih Nobel Perdamaian Desak Suu Kyi Akhiri Genosida Rohingya
Suu Kyi menjelaskan itu dalam kunjungan kerjanya selama 4 hari di Singapura yang dimulai sejak kemarin, 21 Agustus.
Meski hubungan militer dan dirinya baik, namun Suu Kyi berharap amandemen konstitusi dapat mengekang pengaruh militer.
Militer menjalankan pemerintahan di Myanmar hampir selama 50 tahun sejak kudeta tahun 1962. Kemudian, junta militer berinisiatif melakukan reformasi yang dimulai dengan pembebasan Suu Kyi dari tahanan rumah pada tahun 2010.
Anak jenderal Aung San, jenderal pro demokrasi Myanmar yang kemudian tewas dibunuh, dijatuhi hukuman tahanan rumah selama sekitar 15 tahun.
Baca: Bela Rohingya, Bono Minta Suu Kyi Mundur Sebagai Pemimpin Myanmar
Amandemen konstitusi Myanmar yang dirumuskan militer pada tahun 2008 membuat Suu Kyi tidak dapat menjabat sebagai presiden sekalipun partai politik yang dia dirikan, Liga Nasional Demokrasi atau NLD menang dalam pemilu 2015.