TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok radikal Negara Islam Irak Suriah atau ISIS mengklaim bertanggung jawab atas sejumlah tindak kekerasan di beberapa wilayah di Chechnya, sebuah wilayah kurang stabil di Rusia. Situs yang dikelola oleh ISIS, Amaq menuliskan ISIS juga bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan Rusia di Chechnya.
"Militan ISIS menyerang anggota kepolisian Chechnya dan elemennya di ibu kota Grozny dan Shali, Mesker-Yurt," tulis situs Amaq.
Baca: ISIS Miliki Senjata Produksi Amerika, Cina dan Rusia, Kok Bisa?
Dikutip dari Al Jazeera pada Selasa, 21 Agustus 2018, Dzhambulat Umarov, Menteri Informasi Chechnya, mengatakan militan ISIS yang melakukan penyerangan berusia sekitar 11 tahun - 16 tahun. Hal ini memperlihatkan ISIS semakin fokus merekrut remaja sebagai simpatisannya.
Sementara itu Presiden Chechnya, Rusia, Ramzan Kadyrov, mengatakan salah satu ajudannya melihat seorang pelaku bom bunuh diri di Grozny meledakkan bom yang melekat ditubuhnya. Insiden ini melukai sejumlah aparat kepolisian.
Menurut Kadyrov, yang sedang berada di Arab Saudi, para militan ISIS menyebarkan teror saat umat muslim diseluruh dunia sedang merayakan hari raya Idul Adha.
Baca: Rusia Tuduh AS Latih Eks ISIS untuk Kacaukan Suriah
Sebelumnya militan ISIS pada Senin, 20 Agustus 2018, menyerang dua aparat kepolisian dengan pisau saat menerobos kantor polisi di kota Shali. Aparat kepolisian yang diserang mengalami luka-luka, sedangkan pelaku ditembak mati.
Dua militan ISIS juga melancarkan serangan di kota Shali dengan mencoba meledakkan sebuah truk bermuatan gas. Beruntung upaya ini berhasil ini digagalkan. Dua pelaku ditembak mati.
Muncul pula serangan di ibu kota Grozny, ketika seorang penyerang menabrak seorang aparat kepolisian dengan mobil yang dikemudikannya. Pada saat yang sama, muncul laporan penembakan antara aparat kepolisian dengan sejumlah militan ISIS di persimpangan antara jalan Pervyomaiskaya dan Isaev di kota Gronzy. Dalam insiden ini, satu aparat kepolisian tewas.