TEMPO.CO, Ankara – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan serangan terhadap nilai tukar mata uang lira sama saja dengan serangan terhadap bendera negara atau kegiatan beribadah.
Baca:
Hubungan dengan Turki Menegang, Trump Sebut Tidak Ada Konsesi
Soal Lira, Cina, Qatar, Jerman, Prancis dan Rusia Dukung Turki
Erdogan menyampaikan pesan ini lewat rekaman pidato yang diputar stasiun televisi setempat menjelang libur empat hari seiring perayaan hari raya Idul Adha, yang dimulai pada Selasa, 21 Agustus 2018 waktu setempat.
“Serangan terhadap ekonomi kita tidak berbeda sama sekali dengan serangan terhadap ajakan salat dan bendera kita. Tujuannya sama yaitu membuat Turki dan bangsa Turki berlutut dan menjadi tawanan,” kata Erdogan dalam siaran di televisi setempat, Senin, 20 Agustus 2018 seperti dilansir CNBC.
Erdogan tidak menyebut nama negara atau lembaga yang dimaksud. Namun selama dua pekan terakhir, Erdogan dan Presiden AS, Donald Trump, terlibat ketegangan pasca sanksi tarif impor AS terhadap baja dan aluminium Turki sebanyak dua kali lipat, yang memicu pelemahan nilai tukar lira terhadap dolar menjadi 7,24 meski belakangan menguat ke level sekitar 6 lira per dolar.
“Mereka yang berpikir dapat membuat Turki menyerah dengan tekanan nilai tukar mata uang bakal segera melihat mereka keliru,” kata Erdogan.
Trump mengenakan tarif impor dua kali lipat terhadap impor baja dan aluminium dari Turki masing-masing 50 persen dan 20 persen, yang memicu pelemahan nilai tukar lira pada pekan lalu. Ini terjadi setelah pemerintah Turki menolak permintaan AS untuk membebaskan pastor Andrew Brunson asal North Carolina, yang telah tinggal di Turki selama 20 tahun.
Presiden AS Donald Trump. Reuters/Leah Millis
Otoritas Turki menuding Brunson terlibat melakukan kegiatan mata-mata dan terorisme terkait upaya kudeta militer gagal pada 2016 terhadap Erdogan.
Trump mengenakan sanksi terhadap dua orang menteri Turki karena penolakan pembebasan ini. Trump menganggap basis komunitas Kristen sebagai pendukungnya pada pemilihan Presiden AS 2016. AS memasuki masa pemilu tengah pada November 2018 ini untuk pemilihan anggota DPR dan Senat. Trump berulang kali berkampanye di berbagai negara bagian AS untuk mendukung kandidat dari Partai Republik.
Pada Jumat pekan lalu, pengadilan di Turki kembali menolak permintaan pembebasan Brunson untuk ketiga kalinya.
Hurriyet Daily News melansir Erdogan melakukan retaliasi terhadap Trump dengan memboikot produk impor elektronik AS dan menaikkan tarif impor dua kali lipat untuk mobil penumpang, alkohol dan tembakau masing-masing sebesar 120 persen, 140 persen dan 60 persen.
Pada Jumat pekan lalu, dua lembaga pemeringkat surat utang Moody’s dan Standard & Poor’s menurunkan peringkat Turki satu level menjadi non-investasi atau junk. S&P memprediksi Turki bakal mengalami kenaikan inflasi pada akhir tahun.
Baca:
Kena Sanksi, Erdogan Sebut Amerika Tusuk Turki di Punggung
Hubungan Menegang, Erdogan kepada Trump: Ada Apa dengan Anda?
Pelemahan nilai tukar lira bisa berdampak terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi. Ini juga membuat biaya penerbitan surat utang dolar Turki menjadi lebih mahal.
Mata uang Lira Turki [REUTERS]
Menteri Keuangan Jerman menyebut krisis nilai tukar ini berdampak kepada perekonomian Jerman. Namun, Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengatakan belum ada kebutuhan mendesak untuk menawarkan bantuan finansial.
Pada pekan lalu, Emir Qatar menawarkan Erdogan komitmen investasi US$15 miliar atau sekitar Rp221 triliun. Bank sentral Qatar dan CBRT Turki juga meneken perjanjian swap senilai US$3 miliar atau sekitar Rp44 triliun untuk membantu stabilitas likuiditas.