TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, pernah berfikir dinasti politik itu tidak bagus. Namun sembilan bulan menjelang pemilu sela, dinasti politik Duterte perlahan mulai terbentuk dengan munculnya Sara Duterte, putri presiden.
Dalam politik Filipina, pemilu sela ini akan menentukan apakah presiden telah sukses atau gagal memimpin negara. Selama ini, kebijakan Presiden Duterte ada yang mengundang kontroversi. Diantaranya operasi perang melawan narkoba. Namun saat yang sama, Duterte tak kenal ampun dalam memberantas korupsi.
Dalam kondisi seperti ini, Sara saat ini muncul untuk mendukung kebijakan ayahnya. Sejumlah analis dan sumber di pemerintah Filipina menyebut, Sara pada akhirnya akan menjadi penerus ayahnya.
"Saya katakan pada Anda semua, saya siap mundur dan pensiun," kata Dutere, 73 tahun.
Pernyataan Duterte itu bertolak belakang dengan semangat Sara, 40 tahun, yang sedang bermanuver membangun aliansi dan memperluas pengaruh partainya di wilayah selatan Davao.
Baca:Duterte Mundur Sebagai Presiden Filipina Jika Tuhan Ada
Sara Duterte, kiri, digadang-gadang akan menjadi penerus karir politik ayahnya, Presiden Rodrigo Dutere. Sumber: Reuters
Baca: Bikin Pernyataan Kontroversial, Duterte Sebut Tuhan itu Bodoh
Sara telah berperan dalam menyatukan faksi-faksi politik dalam sebuah insiden penuh drama pada 23 Juli 2018 saat Pantaleon Alvarez, Juru bicara Majelis Rendah Filipina digantikan dengan Gloria Macapagal Arroyo, 71 tahun, Mantan Presiden Filipina yang memiliki koneksi untuk mendukung Duterte dan agenda politiknya.
Peran Sara dalam momen itu dibantu oleh hubungan baiknya dengan Imee Marcos,, putri Mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Mantan Presiden Marcos memimpin Filipina selama dua dekade sebelum akhirnya digulingkan pada 1986.
Selain Sara, pernyataan Presiden Duterte yang juga menyita perhatian publik yakni ketika dia menyebut Ferdinand Marcos Jr, putra Mantan Presiden Marcos. Kehadiran Duterte telah menjadi anugrah bagi keluarga Marcos. Dia memberikan izin agar Marcos dikuburkan secara terhormat di taman makam pahlawan Manila.
Dalam politik Filipina, Ferdinand Marcos Jr adalah mantan anggota senat dan akrab dipanggil Bongbong. Pada akhir pekan lalu, Duterte mengatakan jika dia mundur, maka Bongbong memiliki kemampuan untuk menggantikannya sebagai presiden.