TEMPO.CO, Ankara – Mata uang Turki lira mengalami penguatan setelah menteri Keuangan, Berat Albayrak, mengatakan pemerintah akan mengurangi belanja publik untuk mencegah negara itu mengalami kesulitan likuiditas untuk pembayaran utang.
Baca:
Trump -- Erdogan Tegang, Pengadilan Turki Tolak Banding Pastor AS
Terkait Lira, Qatar Janji Investasi Rp 221 Triliun kepada Erdogan
Albayrak mengatakan ini dihadapan sekitar 6000 investor lewat conference call untuk menenangkan isu di pasar bahwa negara itu bakal meminjam dolar ke Dana Moneter Internasional atau IMF.
“Kami sedang menghadapi kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan tapi kami akan bisa mengatasinya,” kata Albayrak dalam penjelasannya kepada investor seperti dilansir Guardian, Kamis, 16 Agustus 2018.
Albayrak, yang juga menantu Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan,”Tidak ada rencana untuk meminjam ke IMF. Kami fokus menarik investasi langsung.”
Baca:
Sambut Ajakan Erdogan, Warga Turki Rusak iPhone dan Buang Cola
Nilai tukar lira menguat sekitar 4 persen pasca pernyataan Albayrak ini. Dua pernyataan dukungan dari Presiden Prancis dan Kanselir Jerman ikut mendorong penguatan lira.
Menurut Al Jazeera, pernyataan Albayrak ini dilontarkan menyusul komitmen investasi yang disampaikan Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani kepada Erdogan bahwa negeri jiran itu berencana untuk berinvestasi senilai US$15 miliar atau sekitar Rp221 triiun.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani
Namun, pernyataan dari Menteri Keuangan AS, Steve Mnuchin, membuat penguatan lira menjadi tertahan. Seperti diberitakan, Mnuchin mengatakan sanksi baru terhadap Turki sudah siap dilakukan.
Baca:
Menlu Sebut Turki Siap Dialog dengan Amerika, Ini Syaratnya
Kena Sanksi, Erdogan Sebut Amerika Tusuk Turki di Punggung
Lawan Spekulan Lira, Bank Sentral Turki Cukur Transaksi Valas
Mata uang Turki lira mengalami pelemahan sekitar 35 – 40 persen sejak awal tahun. Sebagian analis mengatakan ini karena pemerintah Turki enggan menaikkan tingkat suku bunga yang diinginkan pasar.
Pemerintahan Erdogan memang berupaya menekan tingkat suku bunga di Turki untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang saat ini bertengger di kisaran 15 persen. Tingkat inflasi ini memang cenderung menurun dibandingkan sekitar 2000 ketika Erdogan belum berkuasa yaitu sekitar 69 persen.