TEMPO.CO, Ankara – Nilai mata uang Turki lira mengalami pelemahan mendadak pada Jumat, 10 Agustus 2018. Pasalnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan lewat cuitan di Twitter bahwa produk ekspor andalan Turki yaitu baja dan aluminium mendapat kenaikan tarif impor hingga dua kali lipat menjadi masing-masing 50 persen dan 20 persen.
Baca:
Trump -- Erdogan Tegang, Pengadilan Turki Tolak Banding Pastor AS
Terkait Lira, Qatar Janji Investasi Rp 221 Triliun kepada Erdogan
Ini otomatis menutup pasar ekspor kedua produk itu di AS, yang merupakan pasar terbesarnya. Ini sekaligus juga menghilangkan aliran pemasukan dolar bagi perusahaan asal Turki dan membuat nilai tukar lira melemah.
Menurut Al Jazeera, nilai tukar lira telah melemah sebanyak 35 persen sejak awal tahun terhadap dolar. Lira sempat menyentuh level terendah yaitu 7,24 per dolar pada awal pekan namun kemudian menguat menjadi 5,80 per dolar. Penguatan ini terjadi setelah bank sentral Turki CBRT menutup celah spekulasi mata uang dengan membatasi transaksi valas antara bank Turki dan bank asing.
Berikut ini 5 poin yang perlu diketahui mengenai krisis lira:
- Komitmen Investasi Qatar
Nilai tukar mata uang lira menguat menjadi 5.80 pada Kamis setelah Emir Qatar mengumumkan komitmen investasi dan deposito senilai US$ 15 miliar dollar atau sekitar Rp221 triliun (tergantung fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar). Sebelumnya, mata uang ini sempat melorot hingga 7,24 per dolar, yang memicu kepanikan di sejumlah bursa seperti AS dan Eropa. Saat ini, tingkat inflasi di Turki mencapai 15,6 persen, yang membuat harga-harga barang naik.
- Penyebab lira melemah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kenaikan tarif impor ganda untuk produk baja dan aluminium dari Turki yaitu menjadi 50 persen dan 20 persen. Sebelumnya, Trump menerapkan kenaikan tarif kedua komoditas itu untuk Kanada, Meksiko, hingga Cina sebesar 25 persen dan 10 persen.
Kenaikan tarif ini setelah Trump meminta pembebasan pastor Andrew Brunson dari tahanan di Turki terkait tuduhan melakukan kegiatan mata-mata dan terorisme.
Turki membalas kenaikan ganda sejumlah produk AS seperti mobil penumpang 120 persen, alkohol 140 persen dan tembakau 120 persen.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebut pelemahan nilai tukar lira sebagai ‘operasi terhadap Turki’ dan ‘serangan terbuka’.
Analis sependapat perselisihan dengan AS membuat nilai tukar lira melemah drastis.
Menurut Soner Cagaptay, direktur program riset Turki di Washington, AS memiliki sejumlah senjata sanksi ekonomi yang siap dikerahkan kepada Turki hingga pastor Andrew Brunson dibebaskan.
“Ini akan semakin memperkuat kebenaran narasi Erdogan bahwa Barat sedang menyerang kita,” kata dia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kanan, dan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu, kiri, di pertemuan NATO di Brussels [Paul Hanna/Reuters]
- Dampak pelemahan lira
Dalam jangka pendek, pelemahan lira ini akan menimbulkan inflasi, yang bakal terasa di kalangan bawah Turki. Ini bisa menaikkan harga kebutuhan pokok seperti roti. Harga ponsel populer asal AS juga bisa naik hingga 25 persen.
Kenaikan harga-harga ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Turki. “Ini adalah masa-masa berat bagi Turki,” begitu dilansir Al Jazeera.
Namun, tingkat inflasi Turki saat ini yang berkisar 15,6 persen jauh lebih rendah dibandingkan inflasi 2001 sebesar 69 persen saat setahun sebelum Erdogan terpilih sebagai Perdana Menteri.
- Langkah pemerintah Turki
Pemerintah Turki mengambil sejumlah langkah sejak awal pekan ini untuk meredam krisis lira. Pada Senin, bank sentral Turki CBRT mengumumkan menyediakan likuiditas yang dibutuhkan pasar untuk bertransaksi. Bank sentral mencukur rasio minimum saldo cadangan bank untuk tabungan berbasis lira, valas, dan emas.
Menurut laporan Al Jazeera dari Turki, pemerintah kesulitan menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi. Erdogan juga meminta rakyat Turki menjual dolar dan euro untuk membeli lira.
Bank sentral Turki juga membatasi tranksaksi valas antara bank Turki dan asing untuk meredam aksi spekulan melemahkan nilai tukar lira. Emir Qatar juga datang untuk menjanjikan komitmen investasi US$15 miliar atau sekitar Rp221 triliun.
Erdogan juga menyatakan Turki bakal mengurangi penggunaan dolar dan menggunakan lira untuk membiayai ekspor dan impor dengan empat negara mitra dagang terbesar yaitu Cina, Rusia, Ukraina dan Iran.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. REUTERS
- Reaksi pasar global
Pelemahan nilai tukar lira menyeret nilai tukar rupee India menjadi 70.33 per dolar pada Kamis lalu. Ini merupakan nilai tukar terendah rupee.
“Rupee yang melemah membantu ekspor seperti tekstil dan produk teknologi informasi. Tapi membuat harga minyak menjadi naik sehingga memicu inflasi,” begitu laporan Al Jazeera dari Guwahati, India.
Mata uang Afrika Selata Rand juga terkena pelemahan.
Untuk memperkuat nilai tukar lira, analis mengusulkan Turki menaikkan suku bunga secara drastis yaitu 750 basis poin. Menurut Aly-Khan Satchu, analis dan CEO dari Rich Management, tingkat bunga harus naik kecuali lira akan melemah.
Baca:
Menlu Sebut Turki Siap Dialog dengan Amerika, Ini Syaratnya
Kena Sanksi, Erdogan Sebut Amerika Tusuk Turki di Punggung
Lawan Spekulan Lira, Bank Sentral Turki Cukur Transaksi Valas
“Kami melihat skenario lira anjlok, inflasi naik dan warga Turki bakal kesulitan membeli roti,” kata dia. Satchu mengatakan nilai tukar mata uang negara lain bisa terdampak pelemahan lira. Erdogan dan tim ekonomi dikabarkan berkeberatan menaikkan tingkat suku bunga karena bisa menghambat pertumbuhan ekonomi Turki.