TEMPO.CO, Jakarta - Badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, UNRWA, akan membuka sekolah yang mereka kelola di sejumlah wilayah di Timur Tengah sesuai jadwal, yakni pada Agustus 2018. Keputusan ini diambil meski UNWRA tengah mengalami defisit keuangan karena Amerika Serikat memangkas pendanaannya di sektor ini.
“Setengah juta murid akan kembali ke 711 sekolah sesuai jadwal karena penting untuk menjaga hak-hak dasar mendapat akses pendidikan bagi anak-anak pengungsi Palestina,” tulis UNWRA dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis, 16 Agustus 2018.
Baca: UNWRA Kehabisan Uang, Anak-anak Palestina Terancam Putus Sekolah
Ekspresi anak-anak suku Badui saat berbaris di hari pertama masuk sekolah, di Sekolah Dasar Khan al-Ahmar, kawasan Tepi Barat, Palestina, Senin, 16 Juli 2018. Kementerian Pendidikan Palestina memutuskan memulai hari pertama sekolah lebih awal sebelum tentara Israel menghancurkan sekolah tersebut. AP Photo
Dalam sebuah sesi, Kepala Komisi UNRWA, Pierre Krähenbühl, mengatakan 526 ribu pengungsi anak-anak Palestina akan kembali ke sekolah. Sekolah yang didanai di bawah payung UNRWA diantaranya berada di Tepi Barat, Yerusalem Timur, Gaza, Yordania dan Lebanon.
Baca: Israel Bongkar Sekolah Palestina di Yerusalem, Dianggap Ilegal
“Kami mengumumkan sekolah tahun ajaran 2018 tetap dibuka. Sejak Januari 2018, UNRWA telah menyalurkan dana pendidikan US$ 238 juta atau setara Rp 3,4 triliun. Namun saat ini kami tidak lagi punya dana untuk disalurkan pada badan-badan kami hingga akhir September 2018. Kami membutuhkan sekitar US$ 217 juta atau setara Rp 3,1 triliun untuk memastikan sekolah-sekolah ini bukan hanya dibuka, tetapi juga bisa dijalankan hingga akhir 2018. Kondisi ini membutuhkan resolusi yang berkesinambungan yang sudah berjalan sejak Januari 2018,” kata Krähenbühl.
Dikutip dari situs english.pnn.ps pada Kamis, 16 Agustus 2018, Krähenbühl sangat berharap menyusul krisis keuangan di UNRWA ini, maka dia meminta kepada seluruh donatur agar mempercepat transfer dana bantuan atau memperbaharui kesepakatan dan pembayaran. Hibauan ini juga ditujukan kepada Sekjen PBB, Antonio Guterres. Donatur terbesar UNRWA selama ini adalah Amerika Serikat yang dibawah pemerintahan Presiden Donald Trump, memutuskan menarik bantuan.
Krähenbühl memastikan pihaknya akan mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan krisis keuangan ini, fokus pada reformasi inisiatif dan efisiensi. UNRWA berkomitmen penuh dalam mempertahankan martabat pengungsi Palestina, melayani mereka dan menjaga mandat penting ini.