TEMPO.CO, Ankara – Pemerintah Turki mengatakan sedang berupaya menangkis serangan kudeta ekonomi yang saat ini sedang berlangsung.
Baca:
Trump -- Erdogan Tegang, Pengadilan Turki Tolak Banding Pastor AS
Terkait Lira, Qatar Janji Investasi Rp 221 Triliun kepada Erdogan
Pernyataan ini disampaikan Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, lewat cuitan di akun @fahrettinaltun, terkait konflik ekonomi yang dialami Turki dan AS sejak pekan lalu.
Baca Juga:
“Dengan kemampuan bangsa kita dan kepemimpinan Presiden kita, kita menangkis serangan kudeta ekonomi ini. Bangsa ini akan mengingat mereka yang memilih untuk membela dan menyerangnya,” kata Fahrettin seperti dilansir Hurriyet Daily, 16 Agustus 2018.
Mata uang Turki lira mengalami pelemahan nilai tukar secara drastis sejak Jumat, 10 Agustus 2018. Mata uang ini melemah sekitar 20 persen setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium dari Turki lewat cuitan di Twitter.
Kenaikan ganda tarif impor ini mmbuat produk baja dan aluminium asal Turki menjadi mahal sehingga tidak bisa bersaing dengan produk sejenis lainnya.
Sejumlah balon bergambarkan patung Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Inggris Theresa May, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Turki Tayyip Erdogan diarak selama parade Karnaval yang ke-134 di Nice, Perancis, 20 Februari 2018. REUTERS
Ini praktis membuat Turki kehilangan pasar baja dan aluminium terbesarnya, yang menjadi salah satu sumber pendapatan dolar negara itu untuk membiayai impor.
“Hubungan kita dengan Turki sedang tidak baik,” kata Trump dalam cuitannya di akun @realdonaldtrump beberapa waktu lalu.
Trump juga memberikan sanksi kepada dua menteri Turki karena permintaannya agar seorang pastor asal AS yaitu Andrew Brunson, yang merupakan warga negara AS keturunan Turki, dibebaskan.
Baca:
Kena Sanksi, Erdogan Sebut Amerika Tusuk Turki di Punggung
Lawan Spekulan Lira, Bank Sentral Turki Cukur Transaksi Valas
Otoritas Turki menahan Brunson dengan tuduhan melakukan kegiatan mata-mata dan membantu kelompok teroris terkait upaya kudeta militer gagal pada 2016.
Baru-baru ini, upaya Brunson, yang telah tinggal di Turki selama lebih dari 20 tahun, untuk mengajukan banding atas penahanan rumah dan larangan melakukan perjalanan ditolak pengadilan di Izmir, Turki. Pengacara Brunson mengajukan banding lainnya ke pengadilan lebih tinggi.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, membalas kenaikan tarif Trump dengan menaikkan tarif impor dua kali lipat untuk produk mobil penumpang, alkohol, dan tembakau.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. REUTERS
Erdogan juga memboikot produk elektronik asal AS seperti iPhone dan meminta masyarakat membeli produk Samsung dan Vestel Venus buatan domestik sebagai produk pengganti.
Menurut Erdogan, sanksi dari AS itu merupakan tusukan di punggung terhadap sesama negara NATO. Erdogan menjajaki meninggalkan dolar dan menggunakan lira sebagai alat pembayaran dalam transksi ekonomi bilateral dengan Cina, Rusia, Ukraina, dan Iran.