TEMPO.CO, Washington - Kelompok supremasi kulit putih "Unite the Right" bersiap untuk menggelar unjuk rasa besar-besaran kedua di Kota Charlottesviile, Virginia, ibu kota Washington DC dan beberapa kota lainnya. Ini membuat aparat bersiaga termasuk kemungkinan menetapkan status keamanan kota menjadi darurat.
Baca:
Pada tahun lalu, unjuk rasa ini digelar di Kota Charlottesville dan menelan korban jiwa seorang pengunjuk rasa tandingan yaitu Heather Heyer, 32, yang merupakan seorang staf paralegal.
Heyer tewas setelah seorang pengemudi mobil pendukung kelompok supremasi kulit putih merangsek ke arah kelompok tandingan dengan mobilnya dan menabrak sejumlah pengunjuk rasa termasuk Heyer. Penabrak Heyer itu masih mendekam di penjara saat ini.
Jason Kessler, yang mengorganisir demo kelompok Unite the Right pada tahun lalu bersiap untuk mengulangi unjuk rasa ini pada Ahad, 12 Agustus 2018 waktu setempat.
Baca Juga:
Constance Young, yang mengorganisir demo tanidngan lewat kelompok Shut It Down DC, mengaku heran polisi mengizinkan kelompok supremasi itu untuk berunjuk rasa.
“Saya tidak bisa mengerti mengapa kelompok milisi berdarah ini mendapat kesempatan untuk berkumpul setelah apa yang terjadi pada tahun lalu,” kata Young kepada Aljazeera, Sabtu, 11 Agustus 2018. Young ikut terluka dalam insiden penabrakan tahun lalu yang menewaskan Heyer.
“Saya tidak mengerti kenapa mereka diberi kesempatan untuk melakukan ini lagi, yang berpotensi menteror ibu kota negara kita,” kata Young.
Saat unjuk rasa 2017, kelompok Unite the Group terdiri dari kelompok supremasi kulit putih, nasionalis kulit putih dan neo-Nazi. Mereka terlihat membesar seiring terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
Sedangkan kelompok tandingan berasal dari kelompok antifasis, antirasis dan kelompok minoritas seperti Black Lives Matter
Namun, kelompok Unite the Right saat ini berada dalam posisi paling termarjinalkan. Menurut Keegan Hankes, yang merupakan peneliti di Southern Poverty Law Center, ada perpecahan internal di tubuh kelompok ini.
Baca:
Selain itu, sejumlah pimpinan kelompok ini juga mendapat gugatan hukum seperti Richard Spencer dan Christopher Cantwell. Soal unjuk rasa besok, Spencer mengajak publik untuk tidak datang.
“Mereka saling berkelahi satu sama lain,” kata Hankees kepada Aljazeera.
Aksi brutal yang terjadi pada 2017 membuat kelompok Unite the Right mendapat banyak tekanan dari berbagai pihak termasuk jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Kedua platform menghapus akun dari kelompok ini. “Masa setelah unjuk rasa menjadi mematikan bagi kelompok itu. Jadi kemunduran besar,” kata Hankees.
Menurut Reuters, ratusan mahasiswa dan aktivis kiri turun ke jalan di Kota Charlottesville sehari menjelang aksi besar-besaran kelompok supremasi kulit putih Unite the Right. Mereka berteriak polisi dan Klan saling bantu untuk unjuk rasa kelompok supremasi kulit putih.