TEMPO.CO, Jakarta - Seorang buruh migran asal Filipina, Ana, memiliki dua pinjaman yang harus dilunasi ketika bekerja di Hong Kong. Dia lalu meminjam dari lintah darat di sana untuk melunasi tagihan-tagihannya. “Saya hanya ingin membayar tagihan tepat waktu,” kata dia.
Baca:
Namun, meminjam kepada lintah darat malah membuat hidupnya semakin tertekan. ‘Saya merasa khawatir setiap saat, tidak bisa tidur, dan tidak bisa membantu keluarga di rumah, dan harus berhati-hati agar majikan tidak tahu saya memiliki masalah ini,” kata Ana seperti dilansir SCMP pada Sabtu, 11 Agustus 2018.
Kreditor lintah darat kerap menelponnya dua kali sehari untuk menanyakan bayaran cicilan berikutnya. “Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan,” kata Ana.
Ana hanyalah satu dari ribuan pekerja domestik di Asia dan Timur Tengah, yang terjebak lingkaran utang. Utang kerap muncul karena mereka harus membayar agen tenaga kerja agar dikirim ke luar negeri.
Menurut sebuah studi yang dilansir SCMP, pekerja domestik di Hong Kong menghabiskan setidaknya sepertiga dari gaji untuk melunasi utang dan biaya kepada agen tenaga kerja.
Cicilan utang bertambah ketika para pekerja domestik mulai meminjam untuk membayar uang sekolah anak, membangun rumah, dan memulai bisnis kecil-kecilan.
Kondisi ini dibaca oleh Jared King, seorang pengusaha konsultan asal Kanada, untuk membuka layanan pinjaman berbunga murah. Bersama Joy Tadios-Arena, yang merupakan ahli di bidang imigrasi, dia mulai merintis bisnis pinjaman berbunga lunak untuk membantu para pekerja domestik dari jeratan lintah darat.
Joy Tadios-Arenas dan Jared King. Foto: Roy Issa
King dan Arena meluncurkan layanan "Lender Friend", yang berbasis aplikasi dan menawarkan bunga hanya sekitar 1,7 persen per bulan dari kisaran umum 2 – 2,5 persen.
Secara umum, lintah darat bisa mengenai peminjam ilegal dengan tarif bunga hingga 10 – 30 persen per bulan bahkan lebih.
“Kami berusaha meminimalisir biaya staf, kantor lewat teknologi dan otomatisasi,” kata King. Jika sebelumnya calon peminjam harus mengantre berjam-jam di kantor untuk mengisi formulir dan menunggu giliran sekarang mereka bisa melakukan itu di tempat kerja masing-masing lewat aplikasi.
“Sehingga bisnis menjadi lebih efisien dan ini membuat biaya bunga turun,” kata King sambil menambahkan sistem ini ‘tidak serakus’ sistem pinjaman konvensional. “Kami ingin mendapat sedikit laba, cukup agar bisnis berjalan terus.”
Pelamar pinjaman tetap akan mendapat panduan secara online jika mengalami kesulitan mengisi formulir. “Kami memandu mereka cara menggunakan aplikasi ini. Jika ada masalah, mereka bisa bicara kepada kami,” kata Arena.
Baca:
Menurut King, layanan pinjaman baru ini diharapkan bisa membantu para buruh migran untuk meminjam lebih mudah dan murah. Layanan ini diperkirakan bisa menghemat pengeluaran cicilan bunga bagi buruh migran sebanyak 100 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp184 miliar dalam lima tahun.
“Kami mulai pada tingkat bunga 1,7 persen dan berharap bisa terus turun jadi semurah mungkin,” kata King.
Media Asia Times, misalnya, melansir polisi menggerebek sebuah kelompok lintah darat Hong Kong, yang menawarkan tingkat suku bunga 465 persen per tahun. Satu orang korban diharuskan membayar 260 ribu dolar Hong Kong untuk pinjaman sebesar 16 ribu dolar Hong Kong. “Ini setara 16 kali besaran pinjaman,” begitu dilansir Asia Times beberapa waktu lalu. Kelompok lintah darat ini gemar mengincar buruh migran karena dinilai lemah perlindungannya.