TEMPO.CO, Beijing - Bekas bos regulator internet Cina, Lu Wei, menghadapi tuntutan hukum menerima suap dalam jumlah besar.
Baca:
Selama ini, Lu dianggap sebagai wajah dari kontrol ketat pemerintah Cina terhadap jaringan internet dengan posisinya sebagai Kepala Administrasi Siber Cina hingga 2016.
Jaksa mengajajukan berkas kasus Lu Wei, 58 tahun, ke pengadilan rakyat di Kota Ningbo di Provinsi Zhejiang.
“Lu dituduh mengambil keuntungan dari posisinya dan posisi lainnya untuk mencari keuntungan untuk dirinya dan orang lain dengan menerima suap berupa aset,” begitu dilansir media SCMP, Senin, 30 Juli 2018.
Lu wei dituduh memanfaatkan jabatan saat bekerja di Xinhua, komite partai di Kota Beijing, dan pemerintahan, Administrasi Siber Cina hingga 2016 dan departemen propaganda pusat partai. Pengadilan segera menetapkan tanggap persidangan.
Eks Anggota Politbiro Cina Dijerat Kasus Korupsi
Pemerintah Cina mencopot Lu Wei secara tiba-tiba dari posisinya sebagai kepala regulator internet pada Juni 2106. Namun saat itu dia masih menjabat sebagai deputi kepala dari departemen propanda pusat meski tanpa kewenangan.
Lu Wei merupakan ‘macan’ pertama yang terjerat jaring antikorupsi Cina pada masa pemerintahan kedua Presiden Xi Jinping. ‘Macan’ adalah istilah untuk para pejabat korup yang tertangkap KPK Cina. Sedangkan ‘lalat’ adalah istilah untuk para pejabat kelas bawah yang terjaring operasi antikorupsi.
Partai Komunis Cina mengeluarkannya pada Februari 2018 dengan menyebutnya sebagai seorang tirani dan tidak tahu malu. Pernyataan ini jarang dikeluarkan partai untuk para pejabat yang diberhentikan.
Baca:
Lu Wei disebut berusaha membangun citra hebat mengenai dirinya, membuat tuduhan palsu kepada orang-orang lain, dan menipu jajaran petinggi partai. “Partai juga menyebutnya dengan beragam serangan mengenai karakter Lu Wei, dari orang yang tidak loyal, berpura-pura, menggunakan kekuasaan untuk seks, dan tidak memiliki kontrol diri yang bagus,” begitu dilansir SCMP.
Selama menjabat di badan regulator intenet, Lu Wei dikenal sangat vokal dalam membela kebijakan otoriter pemerintah Cina yang terus menerus menyensor internet. Dia dikenal gemar mengejar orang-orang yang kritis terhadap pemerintah seperti para tokoh di sosial media. Media Sky News melansir majalah Time menyebutnya sebagai salah satu dari 100 tokoh berpengaruh pada 2015.
Media Channel News Asia melansir ada dua pejabat Cina yang baru saja terkena vonis pengadilan 16 tahun terkait kasus korupsi yaitu satu dari badan regulator keuangan dan satu lagi bekas komisaris