TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara mengembalikan lebih dari 50 prajurit Amerika Serikat yang terlibat Perang Korea. Demikian keterangan Gedung Putih kepada media, sebagaimana dikutip Al Jazeera, Jumat, 27 Juli 2018.
"Ini langkah awal penerapan kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan bersejarah di Singapura, Juni 2018," kata Gedung Putih, Jumat.
Baca: Korea Utara Bebaskan Tiga Tahanan Amerika Serikat
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, bergandengan tangan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat melewati garis demiliterisasi di desa gencatan senjata Panmunjom, Korea Selatan, 27 April 2018. Momen bersejarah ini merupakan yang pertama kali sejak Perang Korea berakhir 65 tahun lalu, seorang pemimpin Korea Utara melintas di DMZ. Korea Broadcasting System via AP
Al Jazeera melaporkan, sebuah pesawat angkut milik Angkatan Udara Amerika Serikat, US Air Force, terbang dari Wonsan, sebuah kota pantai di Korea Utara, menuju ke pangkalan udara Osan di Pyeongtaek, yang dioperasikan Amerika Serikat dekat ibu kota Korea Selatan, Seoul.
Menurut kantor berita Korea Selatan, Yonhaps, pengembalian 55 anggota militer Amerika Serikat itu merupakan bagian dari kesepakatan kedua negara. "Pengembalian mayat serdadu Amerika Serikat tersebut hasil dari sebuah kesepakatan bersejarah antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, di Singapura, Juni 2018," tulis Yonhaps.Tentara Korea Utara menyerahkan peti aluminium yang berisi sisa jasad tentara AS yang meninggal selama Perang Korea kepada pasukan Komando PBB, di desa perbatasan Panmunjom, Korea Selatan, 6 November 1998.[AP Photo / Ahn Young-joon, File]
Pada pertemuan tersebut, kedua pemimpin negara menandatangani sebuah kesepakatan memperbaiki hubungan dan repatriasi tahanan perang atau mengembalikan prajurit yang hilang dalam Perang Korea.
Baca: Korea Utara Akan Serahkan Jasad Tentara AS Korban Perang Korea
Amerika Serikat terlibat Perang Korea pada 1950-1953. Dalam operasi militer tersebut, sekitar 7.700 tentara Amerika hilang bersama dengan lebih dari 5.000 prajurit lainnya, yang dipercaya hingga kini masih ada di Korea Utara.