TEMPO.CO, Attapeu – Perdana Menteri Laos, Thongloun Sisoulith, mengatakan 131 orang warga desa masih hilang sejak jebolnya bendungan di Provinsi Attapeu pada dua hari lalu. Dam ini, yang masih dalam tahapan konstruksi, jebol setelah turunnya hujan deras.
Baca:
Israel Buka Bendungan, Gaza Diterjang Banjir
Ratusan Warga Laos Hilang Akibat Bendungan Air Raksasa Jebol
“Semuanya adalah warga negara Laos,” kata Sisoulith dalam penjelasan di stasiun televisi Laos seperti dilansir Channel News Asia, Rabu, 25 Juli 2018.
Proyek pengerjaan bendungan Xe-Namnoy ini merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk meningkatkan irigasi untuk sektor pertanian, air minum, dan penyediaan listrik bagi warga. Sebagian listrik ini bakal dijual ke Thailand dan Cina sebagai sumber pendapatan negara. Proyek pengerjaan dam ini dilakukan oleh kontraktor asal Korea Selatan dan Thailand.
Dua kontraktor asal Korea Selatan mengatakan telah melaporkan kerusakan bendungan itu sehari sebelum bangunan waduk itu ambrol dan meluapkan air bah.
Sejumlah warga menggunakan perahu saat dievakuasi saat banjir yang diakibatkan jebolnya bendungan pembangkit lisrik tenaga air (PLTA) di selatan Laos, 24 Juli 2018. Perusahaan pembangun bendungan menyatakan rusaknya bendungan tersebut akibat hujan lebat dan banjir. (Attapeu TV via AP)
Pejabat konsular dari kedutaan besar Myanmar, Chana Miencharoen, mengatakan jumlah korban tewas yang berhasil ditemukan hingga kemarin sebanyak 26 orang. 17 orang lainnya terluka dan dirawat di rumah sakit. Menurut dia, tingginya air dari dam hingga beberapa meter membuat sejumlah desa tenggelam dan mempersulit proses evakuasi.
Media lokal, Vientiane Times, melansir ada sekitar 3000 warga yang terkena dampak dan masih tersebar di sejumlah atap rumah ataupun pepohonan. Sejumlah tayangan stasiun televisi lokal menunjukkan warga masih menunggu bantuan datang dengan naik di atap rumah mereka dengan aliran air bah di sekitar rumah mereka.
Baca:
Bendungan Dikeringkan Akibat Pemuda Buang Air
Warga menerobos banjir yang diakibatkan jebolnya bendungan pembangkit lisrik tenaga air (PLTA) di selatan Laos, 24 Juli 2018. Bendungan PLTA yang ambruk diharapkan mulai beroperasi pada 2019, dan dapat mengekspor 90 persen listrik ke Thailand. ATTAPEU TODAY/ via REUTERS
“Peristiwanya terjadi dengan cepat kami tidak sempat bersiap-siap sama sekali,” kata Joon Hinla, 68 tahun, yang merupakan warga dari desa Ban Hin Lath. Desa ini terkena dampak paling parah akibat banjir dadakan itu.
“Semua rumah di desa saya terendam banjir. Empat anggota keluarga saya masih hilang,” kata Hinla yang mengungsi bersama sekitar 700 orang warga lainnya di sebuah gudang di lokasi yang relatif lebih tinggi.
Pemerintah Korea Selatan mengirimkan tim penanganan bencana ke area terdampak banjir. “Pemerintah kami harus mengambil langkah aktif di lokasi kejadian karena perusahaan-perusahaan kami terlibat dalam pembangunan dam itu,” kata juru bicara kepresidenan Korea Selatan.
Sejumlah anggota tim penyelamat dari Cina dan Thailand juga mulai berdatangan ke lokasi jebolnya tanggul di Laos ini. Seperti dilansir Reuters, menurut data dari PBB, 11,777 orang dari 357 desa di sekitar lokasi dam terdampak banjir besar ini. Sebanyak 14 jembatan, 223 rumah rusak dengan 20 rumah hancur dilanda banjir.
Menurut Ian Baird, profesor geografi dari University of Wisconsin-Madison yang merupakan ahli soal Laos, akses jalan menuju lokasi dam sangat buruk. Orang-orang tidak biasanya pergi ke wilayah ini pada musim hujan seperti ini.