TEMPO.CO, Dubai – Pemerintah Arab Saudi sedang melakukan restrukturisasi sejumlah aset perusahaan negara sehingga rencana penjualan saham perdana Saudi Aramco bisa tertunda hingga 2020.
Baca:
Manajemen Saudi Aramco mengkonfirmasi manajemen perusahaan sedang berkonsentrasi pada rencana pembelian saham strategis sebuah perusahaan petrokimia Saudi Basic Industries Corp 2020.SE.
Reuters melansir rencananya perusahaan minyak terbesar dunia itu bakal membeli kepemilikan saham Public Investment Fund di Saudi Basic. PIF merupakan salah satu perusahaan manajemen aset ternama milik Arab Saudi.
Bank investasi JPMorgan dan Morgan Stanley telah ditunjuk manajemen Aramco untuk menjadi penasehat keuangan dan investasi terkait pembelian saham PIF di SABIC.
“Aramco bakal membeli sekitar 70 persen saham PIF di SABIC senilai sekitar US$70 miliar atau sekitar Rp1,000 triliun,” begitu dilansir media Arabian Business pada Selasa, 24 Juli 2018.
Peserta pelatihan, Maria al-Faraj (tengah) dan Amira Abdelgader, memeriksa kadar minyak di mesin bersama instruktur mengemudi mereka (kanan) selama pelajaran di Saudi Aramco Driving Center, Arab Saudi, 6 Juni 2018. September lalu, Raja Salman memutuskan mengakhiri larangan mengemudi bagi perempuan. REUTERS/Ahmed Jadallah
Jika rencana ini terlaksana, PIF bakal meraup miliaran dolar AS atau puluhan triliun, yang bisa digunakan untuk melaksanakan rencananya menciptakan lapangan kerja dan membangun sistem perekonomian Saudi yang lebih beragam sehingga tidak bergantung hanya pada minyak bumi.
Baca:
Dana itu juga bisa digunakan untuk melaksanakan proyek pembangunan zona bisnis US$500 miliar atau sekitar Rp7,200 triliun di sebelah barat laut Saudi.
Pemerintah Saudi berencana melakukan penawaran saham perdana Saudi Aramco, yang awalnya akan digelar paling lambat akhir 2018, adalah untuk melakukan transparansi manajemen pengelolaan perusahaan.
Pemerintah juga bakal menggunakan dana hasil IPO, yang diperkirakan bakal menjadi penjualan saham terbesar dalam sejarah dunia, untuk mendanai berbagai proyek pembangunan ekonomi yang dimotori PIF untuk mentransformasi sistem perekonomian Saudi.
Menurut sejumlah bankir internasional dan pemain industri, pemerintah Saudi berharap bisa menunda pelaksanaan IPO dengan melakukan pembelian saham PIF oleh Saudi Aramco di SABIC tadi.
Penjualan saham PIF di SABIC kepada Saudi Aramco diperkirakan akan setara dengan penjualan saham perdana Saudi Aramco. Ini diharapkan memberikan pemerintah Saudi waktu untuk membahas apakah saham Saudi Aramco akan tercatat di bursa efek domestik seperti di Riyadh atau juga di luar negeri seperti di Amerika Serikat ataupun Inggris.
Trump Sambut Pangeran Mohammed Bin Salman
“Itu akan membuat PIF memiliki uang tunai berlebih untuk kegiatan investasinya sehingga IPO tidak dibutuhkan sekarang,” begitu kata salah satu sumber kepada Reuters.
Baik pemerintah Saudi maupun manajemen Aramco belum menanggapi soal ini ketika dimintai konfirmasi soal ini.
Chief Executive Officer dari Aramco, Amin Nasser, mengatakan proses akuisisi saham PIF di SABIC bakal membutuhkan waktu yang lebih lama untuk rampung sehingga IPO bakal tertunda.
“Tidak ada keraguan bahwa proses akuisisi saham strategis di SABIC bakal menunda proses IPO,” kata Nasser dalam wawancara dengan televisi Al Arabiya, yang dimiliki pemerintah Saudi.
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bakal menentukan kapan waktu yang tepat untuk pelaksanaan IPO Aramco. Pada 2016, Mohammed mengatakan bakal menjual 5 persen saham Aramco dengan valuasi perusahaan sekitar US$2 triliun atau sekitar Rp28,9 ribu triliun.
Namun belakangan valuasi yang disampaikan sejumlah analis industri gas dan minyak menunjukkan nilainya turun menjadi US$1 – 1,5 triliun. Ini mengindikasikan nilai saham PIF di Saudi Aramco sekitar US$50 – 75 miliar atau sekitar Rp723 – 1,000 triliun.