TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok radikal Negara Islam Irak-Suriah atau ISIS kembali menyebarkan teror dengan cara bergerilya untuk melakukan penculikan dan pembunuhan di beberapa wilayah di Irak.
Tindakan militan ISIS ini membuat masyarakat Irak kembali waswas setelah berbulan-bulan pemerintah Irak menyatakan menang mengalahkan ISIS. Kelompok garis keras ini bercita-cita mendirikan kekhalifahan di Timur Tengah, tetapi mimpin ini sudah pupus. Namun ISIS tak kehilangan akal dengan mengubah strategi dengan melakukan serangan hit-and-run untuk menghancurkan pemerintah Irak.
Baca: PM Irak Umumkan Kemenangan Atas ISIS
Militan Negara Islam (ISIS) melakukan penculikan terhadap 88 orang Kristen Eritrea yang sedang berada di Libya saat berusaha untuk menyeberangi Eropa menggunakan perahu. Mereka dicegah oleh militan ISIS saat perjalanan dan ditanya mengenai Al-Quran. dailymail.co.uk
Beberapa laporan menyebutkan setelah kehilangan kontrol atas wilayah kekuasaannya dan terus berkurangnya milisinya di Irak, ISIS menggunakan teknik gerilya untuk terus melancarkan aksi kejinya. Hal itu terlihat dari tingginya aksi penculikan dan pembunuhan di sebagian besar provinsi Kirkuk, Diyala dan Salahuddin, sejak pemilu Irak Mei 2018.
Situasi ini tak pelak membuat pemerintah Irak menghadapi tekanan baru. ISIS pernah mendominasi sepertiga wilayah Irak melalui kekejaman yang dilakukan selama hampir tiga tahun.
Pada Juni 2018, setidaknya terjadi 83 kasus penculikan dan pembunuhan di tiga provinsi tersebut. Sebagian besar kasus terjadi di area jalan raya yang menghubungkan ibu kota Baghdad dengan wilayah Kirkuk. Komandan Operasi di Provinsi Diyala, Muzher al-Azawi, mengatakan ada lebih dari 75 militan bercokol di provinsi itu.
“Mereka bersembunyi di gunung sehingga sulit untuk ditemukan. Mereka menanam bahan peledak, menggunakan taktik gerilya, mengerahkan penembak jitu serta mendirikan pos pemeriksaan palsu untuk melancarkan aksi penculikan,” katanya.
Baca: Irak Tangkap 5 Pentolan ISIS Paling Dicari
Menurut analis ISIS dari Irak, Hisham al-Hashimi, pada Mei 2018 jumlah insiden penculikan di area tersebut hanya 30 kasus dan tujuh kasus pada Maret 2018.
Dilansir dari Reuters pada 24 Juli 2018, militan ISIS kini berkumpul kembali di wilayah timur laut pegunungan Hemrin, yang membentang dari Provinsi Diyala ke wilayah perbatasan Iran, melintasi Salahuddin utara dan Kirkuk selatan. Sejumlah pejabat di pemerintahan Irak menggambarkan daerah tersebut sebagai 'segitiga kematian'.
Para pejabat militer dan intelijen Irak memperkirakan jumlah militan ISIS ada lebih dari seribu orang. Dari Jumlah itu, sekitar 500 militan bersembunyi di daerah gurun dan sisanya di pegunungan.