TEMPO.CO, Davao City – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan para pejabat eksekutif tidak perlu merasa khawatir akan keselamatan mereka jika tidak terlibat dalam praktek perdagangan narkoba.
Baca:
Baca Juga:
Duterte Usir Biarawati Katolik Australia dari Filipina
Bikin Pernyataan Kontroversial, Duterte Sebut Tuhan itu Bodoh
Duterte mengatakan ini dalam konferensi dengan sekitar 300 pejabat daerah di Pulau Mindanao pada akhir pekan lalu.
Liga Wali Kota Filipina atau The League of Municipalities of the Philippines telah meminta penjelasan langsung kepada Duterte terkait serangkaian pembunuhan yang dialami sejumlah wali kota dan wakil wali kota akhir-akhir ini.
“Duterte bersumpah tidak akan melepaskan para penjual narkoba, kriminal dan pembunuhan komersial sambil mengatakan dia akan terus melawan ini semua meskipun harus masuk penjara,” begitu dilansir Philstar, Kamis, 19 Juli 2018.
Duterte berjanji akan menyelesaikan semua tugas-tugasnya sebelum turun sebagai Presiden.
Konferensi ini digelar setelah dua orang wali kota dan seorang pejabat desa tewas ditembak di pinggir jalan saat mereka sedang mengendarai mobilnya. Seorang wali kota tewas saat sedang menggelar upacara penurunan bendera di depan kantor wali kota akibat tembakan sniper.
Empat orang pejabat pemerintahan Filipina tewas pada pekan lalu sejak 2 -- 7 Juli 2018 akibat ditembak orang tidak dikenal. Mereka adalah Wali Kota Tanauan, Antonio Halili, Wali Kota General Tinio, Ferdinand Bote, Wakil Wali Kota Trece Martires, Alex Lubigan, Kepala Desa Santa Catalina, Michael Magallanes. Rappler
Sejumlah tokoh politik Filipina menuding penembakan ini terkait dengan perang narkoba yang dilancarkan Duterte terhadap para pejabat di daerah. Setiap tahun, Duterte merilis daftar 500-600 orang yang diduga terlibat perdagangan narkoba. Sebagian diantara mereka tewas ditembak.
Baca:
Presiden Duterte Larang 7 hal Ini di Filipina, Apa saja?
Duterte Siap Mundur Jika Ada Petisi Memprotes Ciuman Bibirnya
Menurut catatan media ABS-CBN, tidak kurang 13 orang walik kota dan wakilnya telah tewas ditembak sejak Duterte menjabat sebagai Presiden pada Juni 2016.
Wali Kota Tanauan, Antonio Halili, meninggal pada Senin, 2 Juli 2018, saat sedang menyanyikan lagu kebangsaan di halaman gedung kantornya.
Halili tewas ditembak sniper yang bersembunyi di semak-semak di seberang kantornya. Polisi tidak berhasil menangkap penembak jitu itu.
Duterte mengecam Halili sebagai pejabat yang berpura-pura menjadi pejuang anti-narkoba.
“Beberapa waktu lalu, Halili di Batangas. Dia palsu. Dia berpura-pura mengarak pelaku narkoba dan memukuli mereka. Saya tidak tahu siapa yang membunuhnya tapi saya beri tahu kalian agar jangan terlibat dengan narkoba,” kata Duterte pasca tewasnya Halili seperti dilansir ABS CBN News.
Menurut Duterte, tewasnya para pejabat lokal akhir-akhir ini karena perdagangan narkoba ataupun persaingan politik menjelang pilkada.
“Negara kita diperintah oleh hukum dan bukan oleh kehendak berubah-ubah individual,” kata Duterte. “Kedaulatan hukum mengharuskan seseorang tidak boleh main hakim sendiri atau dia bisa menjadi kriminal dan dihukum sesuai undang-undang yang berlaku.”