TEMPO.CO, Washington – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mengatakan Presiden Donald Trump sebaiknya melanjutkan rencana pertemuan puncak dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang akan digelar di Helsinki, Finlandia, pada Senin, 16 Juli 2018.
Pernyataan Pompeo ini disampaikan menyusul desakan sejumlah politikus Partai Demokrat yang meminta Trump menunda atau membatalkan pertemuan dengan Putin menyusul adanya dakwaan terhadap 12 orang petugas intelijen Rusia oleh juri pengadilan federal. Ini terkait kasus dugaan penyadapan jaringan komputer Partai Demokrat pada saat proses pilpres AS 2016.
Baca:
Akhirnya, Trump Bersedia Diperiksa Mueller Soal Kolusi Rusia
Partai Demokrat Amerika Serikat Gugat Rusia, Trump dan WikiLeaks
“Saya pikir sangat penting bagi mereka untuk bertemu,” kata Pompeo kepada media seusai menggelar pertemuan dengan Presiden Meksiko, pada Ahad, 15 Juli 2018. “Saya meyakini pertemuan puncak Presiden Trump dengan Vladimir Putin bakal membuat posisi AS semakin baik,” kata Pompeo.
Trump bakal menggelar pertemuan empat mata dengan Putin sebelum melanjutkan pertemuan dengan melibatkan para menteri dari kedua negara.
Seperti dilansir Reuters, sejumlah petinggi Demokrat mendesak Trump membatalkan pertemuan dengan Putin pasca munculnya dakwaan terhadap 12 petugas intelijen Rusia terkait peretasan jaringan komputer.
“Putin adalah seorang veteran agen KGB terlatih yang akan datang ke pertemuan ini dengan persiapan penuh,” kata para senator asal Demokrat dalam surat yang ditandatangani Chuck Schumer dan dikirim ke Trump pada Sabtu, 14 Juli 2018.
Baca:
Trump Mau Bicara dengan Mueller Soal Dugaan Kolusi Rusia jika ...
“Seperti Kremlin katakan pada pekan lalu bahwa pertemuan empat mata dengan Anda ‘sangat cocok bagi dia' (Putin). Harus ada orang AS lainnya di dalam ruang pertemuan.”
Para anggota Senat ini berasal dari komisi di Senat seperti Komisi Intelijen, Komisi Angkatan Bersenjata, Komisi Luar Negeri, dan Komisi Keamanan Nasional.
Politikus Demokrat ini juga mendesak Trump meminta Rusia mengekstradisi 12 petugas intelijen yang terkena dakwaan tadi. “Anda harus meminta Putin menyerahkan mereka,” kata dia.
Dalam jumpa pers di Inggris pada Jumat, 13 Juli 2018, Trump berjanji bakal membicarakan isu dugaan intervensi Rusia pada pilpres AS 2016. Namun,”Dia (Putin) mungkin saja membantahnya,” kata Trump. “Jadi saya hanya bisa mengatakan,’Apakah Anda melakukannya? Jangan lakukan lagi.”
Uniknya, Trump mengangkat isu berbeda soal ini lewat cuitannya di akun Twitter @realdonaltrump. “Cerita yang kalian dengar tentang 12 orang Rusia kemarin terjadi saat pemerintahan Obama, bukan pemerintahan Trump,” cuit Trump. “Kenapa mereka tidak melakukan sesuatu soal itu terutama ketika dilaporkan bahwa Presiden Obama diberitahu oleh FBI pada September 2016 sebelum pilpres?’
Trump mengatakan Obama tidak melakukan apapun soal informasi adanya dugaan intervensi ini karena Obama meyakini Hillary Clinton sebagai kandiat Presiden pesaing Trump bakal menang pilpres 2016. “Ini tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Trump, tapi media berita palsu tidak ingin melaporkan yang sebenarnya, seperti biasa.”
Obama, sebenarnya, telah memperingatkan Putin secara pribadi agar tidak intervensi pilpres AS, mengenakan sanksi terhadap sejumlah individu dan entitas Rusia, serta mengusir 35 diplomat Rusia selain menutup dua kantor konsulat Rusia di AS. Saat itu, Trump telah terpilih sebagai pemenang pilpres Trump.