TEMPO.CO, Cina – Banjir bandang dan hujan badai melanda Cina dan memaksa ribuan warga untuk mengungsi. Media televisi lokal melansir 241 sungai di 24 provinsi mengalami banjir dalam beberapa hari terakhir. Kerugian ekonomi yang terjadi diperkirakan sebesar Rp55,6 triliun.
Baca:
“Otoritas cuaca mengatakan hujan deras bakal terjadi terus hingga akhir pekan ini, yang bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor di barat daya Provinsi Sichuan,” begitu dilansir Reuters, Sabtu, 14 Juli 2018.
Badan Meteorologi Cina melansir hujan bisa melebihi 88 mm per jam di sejumlah daerah pada Sabtu. Badan ini meminta semua kegiatan olah raga di luar ruangan dihentikan. Warga dan petugas diminta memantau kemungkinan terjadinya bangunan retak atau rubuh.
Baca:
Sungai Yangtze, yang melintas dari Provinsi Yunnan hingga Jiangsu dan Shanghai, mengalami peningkatan air secara besar-besaran. Ini berkontribusi dengan meningkatnya jumlah volume air yang naik di waduk raksasa Three Gorges.
Mengutip Xinhua, Reuters melansir ada sepuluh jalan raya di Sichuan tertutup banjir sehingga tidak bisa dilewati. Sebuah jembatan besar di daerah itu juga runtuh. Kementerian Manajemen Darurat melansir kerugian finansial di provinsi ini mencapai sekitar Rp5,2 triliun.
Di Chongqing, yang dikenal sebagai kota pembuat laptop terbesar di dunia, ada sekitar 80 ribu penduduk mengungsi akibat banjir. Di bagian utara, sungai Kuning meluap dan memblokir jalur kereta api di Provinsi Shaanxi.
Di Gansu, seperti dilansir China News Service, yang terletak di barat laut Cina, ada 15 orang tewas dengan empat hilang dan sekitar 1 juta warga terkena dampak banjir.
Pada periode ini, hujan lebat dan banjir kerap terjadi di berbagai daerah di Cina, yang bisa menewaskan hingga ratusan warga. Namun kali ini jumlah korban tercatat relatif lebih rendah.