TEMPO.CO, Jakarta - Pembelian dua sistem radar Aegish Ashore berteknologi tinggi senilai US$ 2 miliar atau setara Rp 28 triliun dari Amerika Serikat, disebut Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, sebagai hal yang wajar. Sebab, setiap negara harus memikirkan dengan serius sistem pertahanan mereka.
Menurut Ishii, bagi Jepang meningkatkan kemampuan sistem pertahanannya adalah hal sangat penting untuk mempertahankan diri dalam menghadapi tantangan saat ini. Jika ada ada langkah spesifik diambil oleh pihak lain, Jepang melalui sistem radar berteknologi tinggi itu, setidaknya bisa mempertahankan diri.
"Ini hal yang wajar bagi negara manapun untuk mempersiapkan diri. Tentu sangat enak kalau ketegangan mereda, namun saya rasa itu tidak menghentikan setiap negara untuk menjaga keamanan dan yang kami lakukan ini untuk melindungi masyarakat kami sendiri," kata Ishii, Kamis, 5 Juli 2018.
Baca: Cegat Nuklir Korea Utara, Jepang Beli Radar Rp 28 Triliun dari AS
Resepsi Japan Self-Defense Forces Day yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Kamis, 5 Mei 2018. Sumber: TEMPO/Suci Sekar
Baca: Kapal Perang AS dan Kapal Komersil Jepang Bersenggolan
Sebelumnya pada 29 Juni 2018, Jepang dikabarkan akan membeli sistem radar Aegish Ashore senilai Rp 28 triliun buatan Amerika Serikat. Pembelian radar ini demi melindungi negaranya dari ancaman senjata nuklir Korea Utara dan Cina.
Dilansir dari jaringan TV Iran, PressTV, beberapa pejabat pemerintah Jepang mempertanyakan tingkat keperluan pembelian radar ini menyusul kata sepakat yang dibuat dalam pertemuan tingkat tinggi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada 12 Juni di Singapura. Proposal pembelian radar ini telah disetujui pada tahun lalu.