TEMPO.CO, Washington - Sejumlah tokoh publik Amerika Serikat seperti penyanyi terkenal John Legend, politisi Maxine Waters hingga anak imigran Leah berunjuk rasa menentang kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump, yang disebut toleransi nol dan memisahkan anak imigran dari para orang tua mereka.
Penyanyi John Legend bergabung dengan para pengunjuk rasa di Los Angeles dan menyanyikan lagu barunya Preach. Lagu ini bercerita soal masyarakat yang merasa sedih dan marah akibat berbagai berita buruk di media massa.
Leah, 12 tahun, merupakan salah satu anak imigran yang berpidato pada pawai unjuk rasa pro imigran di Los Angeles, Sabtu, 30 Juni 2018. CNN
“Anda tidak bisa hanya bicara soal ini atau mencuit soal ini. Anda harus melakukan sesuatu soal ini,” kata Legend yang ditemani istriny Chrissy Teigen dan putra kecil mereka Miles.
Baca:
Pengacara Hak Sipil Amerika Menangis Soal Pemisahan Anak Imigran
2000 Anak Terpisah dari Orang Tua Akibat Kebijakan Imigrasi Trump
Masih di Los Angeles, wakil rakyat Maxine Waters dari Partai Demokrat untuk negara bagian California mengkritik kebijakan Trump yang memisahkan anak imigran dari orang tuanya.
Waters menyebut kebijakan Trump itu sebagai keterlaluan. “Beraninya Anda? Beraninya Anda mengambil bayi-bayi dari gendongan ibu mereka? Beraninya Anda mengambil anak-anak dan mengirim mereka ke berbagai lokasi penahanan? Menaruh anak-anak di kandang-kandang? Di penjara? Anda pikir kami akan membiarkanmu melakukan itu semua? Tidak. Donald Trump, Anda pikir bisa lolos melakukan ini semua? Anda sudah keterlaluan saat mencoba memisahkan keluarga (imigran),” kata Waters.
Sejak beberapa hari ini, Waters secara terbuka meminta warga pemrotes kebijakan imigrasi Trump untuk menganggu anggota kabinet Trump yang mendukung kebijakan itu.
Baca:
5 Ibu Negara Amerika Mengecam Kebijakan Imigran Trump
Atasi Imigran Gelap, Angkatan Laut Amerika Siapkan Rp 3,2 T
Salah satu pembicara yang juga menarik perhatian adalah Leah, 12 tahun, yang merupakan imigran. Leah mengaku sering merasa ketakutan ibunya, yang merupakan imigran tidak berdokumentasi, akan ditangkap petugas saat sedang berada di rumah, atau bekerja, atau mengendarai mobil.
Anggota DPR Amerika, Maxine Waters, mendukung masuknya imigran dan mengecam kebijakan pemisahan anak dan orang tuan imigran oleh Presiden AS, Donald Trump. CNN
“Saya hidup terus menerus dalam ketakutan kehilangan ibu saya yang bisa terkena deportasi,” kata Leah dalam pidato di sebuah unjuk rasa di Washington DC. “Ibu saya kuta, cantik, dan berani. Ibu juga mengajarkan saya untuk bicara terbuka jika melihat ada hal-hal yang tidak adil.”
Leah melanjutkan,”Saya tidak suka hidup dalam ketakutan. Ini menakutkan. Saya tidak bisa belajar, tidur. Saya stres.”
Unjuk rasa besar-besaran pro imigran ini digelar di 50 negara bagian AS dan di sekitar 700 lokasi dengan tema “Keluarga Harus Bersama” atau “Families Belong Together”.
Aksi unjuk rasa ini digelar memprotes kebijakan Presiden Donald Trump menerapkan toleransi nol terhadap para imigran tak berdokumen sejak Mei 2018. Kebijakan ini membuat petugas perbatasan memisahkan sekitar 2000 anak imigran dari orang tuanya yang tidak berdokumen dan harus menjalani proses hukum.
Tindakan Trump ini memicu protes massal di domestik dan luar negeri. Ini membuat Trump mengeluarkan surat perintah eksekutif pada 20 Juni 2018 untuk membatalkan pemisahan anak imigran dengan orang tuanya. Namun, anak-anak ini belum juga bertemu orang tuanya meskipun surat itu sudah dikeluarkan sekitar sepuluh hari lalu.