TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Mohammed Sabu mengatakan pasukan militer Malaysia segera ditarik dari Arab Saudi. Malaysia tidak ingin kehadiran pasukannya terseret dalam konflik di Timur Tengah.
"Malaysia selalu berusaha netral. Kebijakan luar negeri tidak pernah agresif," kata Sabut dalam pernyataan di media Malaysia pada Rabu, 27 Juni 2018, seperti dilansir dari Aljazeera, Kamis, 28 Juni 2018.
Baca: Melawan Yaman, Malaysia Gabung ke Koalisi Pimpinan Saudi
Sabu menyatakan pasukan Malaysia tidak ambil bagian dalam operasi pasukan koalisi Arab Saudi untuk mengintervensi Yaman, negara tetangganya.
Penarikan seluruh pasukan Malaysia dari koalisi Arab Saudi di Timur Tengah diputuskan Sabu pada pekan lalu setelah berbicara dengan Kementerian Luar Negeri. Keduanya membahas waktu yang tepat untuk mengembalikan pasukan itu.
Sejauh ini belum ada penjelasan resmi berapa banyak pasukan Malaysia yang ditempatkan di Arab Saudi. Mantan Perdana Menteri Najib Razak mengirimkan pasukan itu ke Arab Saudi untuk membantu evakuasi warga Malaysia yang ada di Yaman tahun 2015.
Awsaf, gadis Yaman berusia 5 tahun, sedang makan dan minum teh-yang mana hanya makanan ini yang bisa ia dapat-duduk di depan ibunya di gubuk mereka di Abyan, Yaman, pada 15 Februari 2018. Keputusasaan membentang di sepanjang penjuru selatan Yaman, di kota-kota dan desa-desa untuk pengungsi, para keluarga tidak mampu mendapat makanan di tengah perang sipil antara pemberontak Houthi dan pasukan koalisi Arab. [AP]
Baca: 20 Negara Ikut Latihan Militer di Arab Saudi, Untuk Apa?
Arab Saudi bersama sejumlah negara Arab melakukan kampanye militer pada 2015 dengan maksud memberikan dukungan kepada pemerintahan Yaman yang diakui masyarakat internasional. Operasi militer tersebut untuk mengusir keluar kelompok pemberontak Houthi yang menguasai negara itu sejak 2014.
Namun sebagian besar negara yang dulunya mengirimkan pasukannya bergabung dengan pasukan koalisi Arab Saudi, yang didukung Amerika Serikat, sudah menarik pasukan mereka. Saat ini yang tersisa hanya pasukan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di Yaman.
PBB telah mengeluarkan pernyataan pada awal pekan ini bahwa pasukan koalisi Arab Saudi bertanggung jawab atas tewasnya anak-anak dan mereka yang terluka dalam perang di Yaman.
Adapun Arab Saudi dilaporkan kehilangan lebih dari 1.000 tentaranya dalam perang Yaman sejak 2015 hingga Mei 2018, seperti dilaporkan Aljazeera.