TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin Uni Eropa akhirnya mencapai kesepakatan tentang krisis imigrasi setelah hampir 10 jam perundingan sengit di Brussels, Belgia, untuk menyelesaikan masalah sensitif yang mengancam serikat dan zona perjalanan bebas Eropa.
"Para pemimpin 28 negara Uni Eropa telah menyetujui hasil KTT termasuk tentang migrasi," kata Presiden Uni Eropa, Donald Tusk, yang memimpin KTT, seperti dilansir dari Reuters, 29 Juni 2018.
Baca: Dari Nigeria ke Aljazair: Perjalanan Maut Imigran di Gurun Sahara
Italia sebelumnya telah memblokir perjanjian apa pun di KTT - yang juga tentang perdagangan dan keamanan, kecuali rekan-rekan Uni Eropa-nya memenuhi tuntutannya atas imigrasi.
Para migran menunggu untuk diturunkan dari kapal yang dioperasikan oleh kelompok bantuan Jerman, Mission Lifeline, yang membawa 234 migran, ketika mereka berlabuh di pelabuhan Valletta di Malta, setelah melakukan perjalanan hampir seminggu sementara menunggu izin untuk melakukan pendaratan, Rabu, 27 Juni 2018.[Foto AP/Jonathan Borg]
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan puas dengan kesepakatan tentang migrasi yang dicapai oleh para pemimpin Uni Eropa dan nantinya Roma akan memutuskan apakah akan menjadi tuan rumah bagi para imigran.
"Kami puas. Itu adalah negosiasi yang panjang tetapi mulai hari ini Italia tidak lagi sendirian," ujar Conte.
Conte menyebut pokok perjanjian termasuk kemungkinan mendirikan pusat-pusat imigran di negara-negara Uni Eropa untuk memutuskan permintaan suaka, tetapi ia menegaskan bahwa Italia belum memutuskan apakah akan membangun tempat semacam itu di wilayahnya.
Baca: Portugal Siap Tampung 400 Pengungsi yang Ada di Mesir
“Ini adalah keputusan yang akan kita ambil bersama di pemerintahan. Kami sama sekali tidak mendesak untuk melakukannya,” tambah Conte.
Uni Eropa juga sepakat untuk memperketat perbatasan luar mereka dan meningkatkan bantuan bagi Turki, Maroko dan negara-negara Afrika Utara untuk mencegah warganya migrasi ke Eropa.
Baca: Uni Eropa Siap Kucurkan Dana ke Mesir Rp 180 Triliun
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan kesepakatan itu sebagai kabar baik, seperti dilansir dari Skynews. Sementara Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengakui isu imigrasi menjadi pemecah di antara negara-negara anggota.
"Secara keseluruhan, setelah diskusi sengit mengenai tema yang paling menantang untuk Uni Eropa, yaitu imigrasi, itu adalah sinyal yang baik bahwa kami menyetujui suatu kesepakatan," kata Merkel.