TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran semakin memanas di Suriah selatan saat pasukan pro Bashar al Assad pada Selasa 26 Juni kemarin, terus merangsek masuk ke wilayah yang dikuasai pemberontak di provinsi Daraa dalam serangan selama seminggu terakhi dan mengakibatkan 50.000 warganya mengungsi. Namun Yordania telah menyatakan menolak setiap pengungsi baru dari Suriah, karena sudah terlalu banyak dibebani pengungsi.
Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, seperti dilaporkan Associated Press, 27 Juni 2018, mengatakan para pejabat kemanusiaan PBB sangat prihatin ketika pengungsi yang lari dari pertempuran namun tidak bisa masuk ke Yordania. Laerke meminta pihak yang bertempur untuk melindungi keselamatan warga sipil.
Baca: Suriah Bergejolak, Yordania Menolak Tampung Pengungsi
Konflik di Daraa, yang berdekatan dengan wilayah Yordania dan Dataran Tinggi Golan Israel, terjadi ketika media pemerintah Suriah melaporkan bahwa dua rudal Israel menghantam sebuah daerah di dekat Bandara Internasional Damaskus Selasa pagi.Namun laporan tidak menyebut target rudal tersebut.
Sejak Selasa kemarin, pasukan Suriah pro Bashar al Assad dibantu pesawat tempur Rusia, telah menargetkan daerah yang dikuasai pemberontak di Daraa timur, salah satu benteng pemberontak terbesar terakhir. Meskipun area strategis ini adalah bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada Juli lalu antara Amerika Serikat, Rusia dan Yordania.
Tujuan serangan itu sepertinya untuk mendapatkan kembali kendali atas penyeberangan perbatasan dengan Yordania, yang telah berada di tangan pemberontak sejak 2015. Kemenangan pasukan pro Presiden Bashar Assad baru-baru ini, termasuk penguasaan daerah pinggiran Damaskus menjadi motivasi serangan ke Daraa.
Foto 21 Juni 2018 yang dirilis Nabaa Media, media oposisi Suriah, memperlihatkan orang-orang di belakang truk melarikan diri dari Daraa, Suriah selatan.[Nabaa Media, via AP]
Pada Selasa 26 Juni, Media Militer pro-pemerintah mengatakan pasukan Suriah menguasai al-Lujat, daerah berbatu di timur laut Daraa. Dilaporkan pendudukan terhadap wilayah ini akan memiliki efek domino di bagian lain timur Daraa dan memotong jalur pasokan pemberontak.
Baca: Menang Pemilu, Erdogan: Operasi Militer di Suriah Berlanjut
Media pro-pemerintah juga mengatakan tentara hendak menguasai seluruh provinsi dan kemungkinan serangan akan dilanjutkan ke Daraa barat, tempat mereka melakukan serangkaian serangan udara pada Senin sebelumnya.
Namun sumber-sumber di lapangan mengatakan, seperti dilaporkan dari Aljazeera, serangan itu juga ditujukan pada warga sipil di wilayah timur dan barat di sekitar kota Daraa.
"Keluarga yang tinggal di pinggiran timur Daraa terus melarikan diri dari rumah mereka menuju desa-desa dan kamp di sepanjang perbatasan Yordania yang tetap di bawah kendali pemberontak atau tidak terpengaruh oleh pengeboman," kata Sami, seorang aktivis pro-oposisi di sisi timur Daraa pinggiran kota. Menurut aktivis, serangan menyebabkan sedikitnya 10 desa di Daraa kosong.
Baca: Angela Merkel Janji Berikan Pinjaman Rp 1,4 Triliun Ke Yordania
Di sisi barat provinsi itu, keluarga yang melarikan diri dari rumah mereka pindah ke desa-desa di sepanjang Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
"Baru pagi ini (Selasa 26 Juni), sekitar 40 barel bom dan serangan udara menargetkan rumah-rumah keluarga di desa-desa kecil di sisi barat provinsi itu," kata Hamza, salah satu pengungsi yang melarikan diri.
Baca: Jemaah Qatar dan Suriah Dilarang Haji, Arab Saudi Dikecam
Sebelum serangan pasukan pro Bashar al Assad, fraksi-fraksi pemberontak menguasai bagian-bagian kota dan daerah Daraa di barat dan timurnya. Para pemberontak juga menduduki daerah di sepanjang perbatasan Suriah dengan Yordania dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.