Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dari Nigeria ke Aljazair: Perjalanan Maut Imigran di Gurun Sahara

image-gnews
Tiga pria berjalan menuju utara ke Aljazair setelah melintasi pos perbatasan Assamaka di Nigeria utara pada Minggu, 3 Juni 2018.[Foto AP/Jerome Delay]
Tiga pria berjalan menuju utara ke Aljazair setelah melintasi pos perbatasan Assamaka di Nigeria utara pada Minggu, 3 Juni 2018.[Foto AP/Jerome Delay]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dari pos perbatasan yang terasing Nigeria Utara, dari jilatan panas padang pasir gurun Sahara benua Afrika, ratusan imigran yang diusir terlihat di muka cakrawala. Mereka tampak seperti bintik-bintik di kejauhan, berjalan dengan susah payah, goyah, di tengah yang terkenal dengan sengatan kejam panas mataharinya.

Di Sahara, padang pasir Aljazair, telah dilewati 13.000 lebih orang dalam 14 bulan terakhir, termasuk perempuan hamil dan anak-anak. Tanpa makanan atau air dan memaksa mereka berjalan, kadang-kadang di bawah todongan senjata, di bawah suhu hingga 48 derajat Celcius.

Baca: Spanyol Selamatkan 700 Imigran Afrika di Mediterania

Di Nigeria, di mana mayoritas orang-orang yang beruntung terpincang-pincang melintasi tanah tak berpenghuni sepanjang 15 kilometer ke Assamaka, kota dengan bangunan yang tenggelam ke dalam lautan pasir. Mereka berjalan dalam kondisi bingung dan dehidrasi, berkeliling berhari-hari sebelum pasukan penyelamat PBB menemukan mereka.

"Perempuan tergeletak mati, laki-laki ..... Orang-orang hilang di padang pasir karena mereka tidak tahu jalannya," kata Janet Kamara, salah satu imigran yang sedang hamil dalam perjalanan usai diselamatkan oleh tim PBB, seperti dilansir Associated Press, 25 Juni 2018.

Tubuhnya masih sakit karena bayinya mati usai melahirkan selama perjalanan dan terpaksa ditinggal di Sahara dan dimakamkan di sebuah kuburan pasir. Darah melesat di kakinya beberapa hari kemudian, dan terlihat pergelangan kakinya masih bengkak.


"Saya kehilangan putra saya, anak saya," kata Kamara, seorang warga negara Liberia yang menjalankan usaha rumahan yang menjual minuman dan makanan di Aljazair dan diusir pada Mei lalu.

Warga Nigeria dan migran negara dunia ketiga lainnya menuju Libya dari Agadez, Nigeria, Senin, 4 Juni 2018. Migran dari seluruh sub-Sahara Afrika seperti Mali, Gambia, Guinea, Pantai Gading, Nigeria dan lainnya adalah negara asal migran massal menuju Eropa. Sebagian melarikan diri dari konflik negaranya dan yang lain berharap untuk mencari nafkah di benua biru.[Foto AP/Jerome Delay]

Pengusiran massal Aljazair telah meningkat sejak Oktober 2017, karena Uni Eropa memperbarui tekanan pada negara-negara Afrika Utara untuk menghadang para imigran pergi ke utara menuju Eropa melalui Laut Mediterania melalui Spanyol. Para imigran ini dari seluruh sub-Sahara Afrika, mulai dari Mali, Gambia, Guinea, Pantai Gading, Nigeria dan lainnya. Mereka adalah bagian dari migrasi massal menuju Eropa, beberapa orang yang melarikan diri dari konflik di negara asal, sementara yang lain hanya berharap untuk mencari nafkah.

Baca: Piala Dunia Rusia Dimanfaatkan Imigran Gelap untuk Masuk Eropa

Aljazair tidak memberikan angka pasti jumlah yang diusir. Tetapi jumlah orang yang menyeberang ke Nigeria telah meningkat sejak Organisasi Internasional untuk Migrasi mulai mencatat pada Mei 2017, ketika 135 meninggal saat menyebrang, hingga tercatat korban meninggal mencapai 2.888 pada April 2018. Secara keseluruhan, IOM mencatat total 11.276 pria, perempuan dan anak-anak selamat dari rombongan. Sementara sedikitnya 2.500 lainnya dipaksa melakukan perjalanan serupa pada 2018 untuk melewati gurun Sahara ke negara tetangga Mali.

Migran dan penduduk setempat menunggu truk tiba dari Aljazair untuk membongkar muatan mereka pada Minggu, 3 Juni 2018, untuk mendapatkan uang guna membayar perjalanan ke utara, di pos perdagangan di padang pasir terluas, Sahara, yang memisahkan Nigeria dan Aljazair utara.[Foto AP/Jerome Delay]

Para imigran selamat menggambarkan ratusan orang sekaligus, berdesakan dalam truk terbuka menuju selatan selama enam hingga delapan jam dari lokasi yang dikenal sebagai "Titik Nol", kemudian di tengah perjalanan mereka diturunkan di padang pasir di Nigeria. Mereka dipaksa berjalan, terkadang dengan todongan senjata. Pada awal Juni, sebanyak 217 pria, perempuan dan anak-anak diturunkan dari truk jauh sebelum mencapai Titik Nol, 30 kilometer dari sumber air terdekat.

“Ada orang-orang yang tidak tahan menerimanya. Mereka duduk dan kami meninggalkan mereka. Mereka sangat menderita,” kata Aliou Kande, pemuda berusia 18 tahun dari Senegal.

Kande mengatakan hampir puluhan orang menyerah dan ambruk di padang pasir. Kelompoknya yang berjumlah 1.000 orang hilang setelah berjalan dari jam 8 pagi sampai jam 7 malam, katanya. Kemudian dia tidak pernah melihat orang yang hilang tersebut.

Baca: Italia Usir Kapal Berisi 600 Pengungsi, Macron Kecam Italia

Kande mengatakan polisi Aljazair mencuri semua yang dia dapatkan ketika dia pertama kali ditahan, yakni US$ 340 atau Rp 4,8 juta dan ponselnya.

“Mereka melemparkan kami ke padang pasir, tanpa telepon kami, tanpa uang. Saya bahkan tidak bisa menjelaskannya,” kata Kande dengan nada geram.

“Mereka membawa Anda ke ujung Aljazair, sampai akhir di tengah padang pasir, dan mereka menunjukkan kepada Anda bahwa ini adalah Niger,” kata Tamba Dennis, seorang warga Liberia lainnya yang berada di Aljazair dengan visa kerja yang kedaluwarsa.

"Jika Anda tidak dapat membawa air, beberapa orang meninggal di perjalanan."

Otoritas Aljazair menolak untuk mengomentari tuduhan ini. Aljazair membantah kritik dari IOM dan organisasi lain bahwa mereka melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan menelantarkan para migran di padang pasir, menyebut tuduhan itu sebagai kampanye jahat yang didengungkan negara-negara tetangga.

Selain itu, ribuan imigran Nigeria diusir langsung dari rumah mereka ke dalam konvoi truk dan bus. Ini adalah penerapan perjanjian 2015 antara Nigeria dan Aljazair untuk menangani warga Nigeri yang tinggal secara ilegal di negara tetangga mereka di utara. Bahkan ada laporan yang menyebut seorang ibu yang mayatnya ditemukan di dalam bus yang macet di perjalanan 450 kilometer dari perbatasan.

Migran naik ke truk untuk menuju utara ke Aljazair di pos perbatasan Assamaka di Nigeria utara padaMinggu, 3 Juni 2018. Organisasi Internasional untuk Migrasi memperkirakan bahwa untuk setiap migran dilaporkan meninggal melintasi Mediterania dan dua orang tersesat di padang pasir.[Foto AP / Jerome Delay]

Jumlah imigran yang dikirim pulang dalam konvoi ini, yang hampir semuanya warga Nigeria, juga melonjak setidaknya menjadi 14.446 sejak Agustus 2017, dibandingkan dengan total keseluruhan 9.290 imigran pada 2016.

Baca: Buntut Pengusiran Kapal Pengungsi, Italia Panggil Dubes Prancis

Perjalanan dari Nigeria ke Aljazair atau Libya adalah harapan untuk menuju Eropa, yang dengan susah payah menerobos padang pasir. Jumlah imigran yang pergi ke Aljazair ini meningkat sebagai dampak tidak langsung pemblokiran oleh negara-negara Eropa atas penyeberangan Libya, ungkap Camille Le Coz, seorang analis di Migration Policy Institute di Brussels.

Tetapi tidak ada pilihan lain dan para imigran ini meninggal dengan dua cara, pertama adalah panas yang amat kering dan pasir Sahara yang bertiup menyelimuti sisa-sisa jasad. Kedua, mereka meninggal saat menyeberangi Laut Tengah untuk mencapai benua Eropa yang tak kurang mengerikan dengan ganasnya gurun Sahara.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Geng Kriminal Bersenjata di Nigeria Menculik 100 Orang

31 hari lalu

Seorang wanita terlihat dengan poster presiden Nigeria Muhammadu Buhari, ketika kerabat korban penculikan kereta api Kaduna berunjuk rasa di Abuja, Nigeria 25 Juli , 2022. REUTERS/Afolabi Sotunde/File Foto
Geng Kriminal Bersenjata di Nigeria Menculik 100 Orang

Aksi penculikan massal ini dilakukan oleh geng kriminal bersenjata yang menuntut uang tebusan.


Nigeria Darurat Penculikan Anak, Apa Motif Pelakunya?

36 hari lalu

Seorang anak laki-laki memegang tanda untuk memprotes, apa yang dikatakan seorang guru, anggota dewan setempat dan orang tua, penculikan ratusan siswa sekolah oleh orang-orang bersenjata setelah salat Jumat di Kaduna, Nigeria 8 Maret 2024. REUTERS/Stringer
Nigeria Darurat Penculikan Anak, Apa Motif Pelakunya?

Satu dekade lalu, kelompok jihad Boko Haram pertama kali menculik 276 siswa dari sebuah sekolah perempuan di Chibok di Negara Bagian Borno, Nigeria.


Penculik Minta Tebusan Rp 9,6 Miliar untuk Pembebasan 286 Murid di Nigeria yang Disandera

36 hari lalu

Suasana ruang kelas setelah diserang oleh gerombolan pria bersenjata di sekolah menengah Ilmu Pemerintah di distrik Kankara, Nigeria 12 Desember 2020. Ratusan siswa dilaporkan disandera setelah gerombolan pria bersenjata menyerang gedung sekolah. REUTERS/Abdullahi Inuwa
Penculik Minta Tebusan Rp 9,6 Miliar untuk Pembebasan 286 Murid di Nigeria yang Disandera

Penculik yang menyandera 286 pelajar dan staf sekolah dari sebuah sekolah di utara Nigeria menuntut uang tebusan Rp9,6 miliar.


Film Past Lives Masuk Nominasi Oscar: Bertutur Sisi Lain Imigran di Kanada

47 hari lalu

Film Past Lives dibintangi Teo Yoo dan Greta Lee. Foto: Instagram/@a24
Film Past Lives Masuk Nominasi Oscar: Bertutur Sisi Lain Imigran di Kanada

Film ini mengisahkan dua sahabat kecil asal Korea, Nora dan Hae Sung, dua imigran yang bertemu kembali di New York setelah berpisah beberapa dekade.


Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

58 hari lalu

Dua ekor anak singa Afrika (Panthera leo), Baha dan Gia beristirahat bersama induk mereka di Bandung Zoological Garden, Jawa Barat, Senin, 3 Januari 2022. Anak singa berkelamin jantan dan betina tersebut lahir dari indukan bernama Tera dan Melin. TEMPO/Prima Mulia
Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

Seekor singa jantan membunuh penjaga yang telah merawatnya dari bayi saat sedang diberi makan.


Profil Sebastien Haller, Pemain Kunci Pantai Gading Saat Raih Gelar Juara Piala Afrika 2023

12 Februari 2024

Pemain Pantai Gading Sebastien Haller. REUTERS/Luc Gnago
Profil Sebastien Haller, Pemain Kunci Pantai Gading Saat Raih Gelar Juara Piala Afrika 2023

Sebelum mengantar Pantai Gading juara Piala Afrika 2023, Sebastien Haller berjuang melawan kanker testis yang mengancam kariernya.


CEO Access Bank Group dari Nigeria Tewas Sekeluarga dalam Kecelakaan Helikopter

11 Februari 2024

Ilustrasi Helikopter Jatuh. shutterstock.com
CEO Access Bank Group dari Nigeria Tewas Sekeluarga dalam Kecelakaan Helikopter

Enam orang dalam kecelakaan helikopter tersebut tewas di tempat, di mana satu di antaranya adalah CEO Access Bank Group bernama Herbert Wigwe.


Prediksi Nigeria vs Pantai Gading di Final Piala Afrika 2023: Jadwal, Kondisi Tim, H2H, Perkiraan Susunan Pemain

11 Februari 2024

Pemain Pantai Gading melakukan selebrai usai kalahkan Senegal pada babak 16 besar Piala Afrika. REUTERS/Siphiwe Sibeko
Prediksi Nigeria vs Pantai Gading di Final Piala Afrika 2023: Jadwal, Kondisi Tim, H2H, Perkiraan Susunan Pemain

Laga Nigeria vs Pantai Gading di final Piala Afrika 2023 diprediksi berjalan ketat dan berpeluang berakhir lewat adu penalti.


Efek Lionel Messi, Otoritas Hangzhou Batalkan Laga Persahabatan Timnas Argentina vs Nigeria

10 Februari 2024

Pemain Inter Miami Lionel Messi, Julian Gressel, Luis Suarez dan DeAndre Yedlin saat penyerahan trofi usai pertandingan persahabtan Hong Kong vs Inter Miami. REUTERS/Lam Yik
Efek Lionel Messi, Otoritas Hangzhou Batalkan Laga Persahabatan Timnas Argentina vs Nigeria

Otoritas olahraga Cina telah membatalkan pertandingan persahabatan Timnas Argentina dan Nigeria pada Maret mendatang. Apa penyebabnya?


Nigeria vs Pantai Gading di Final Piala Afrika 2023, Simak Head to Head Kedua Tim

9 Februari 2024

Para pemain Pantai Gading merayakan kemenangan di akhir pertandingan sepak bola babak 16 besar Piala Afrika (CAN) 2024 antara Senegal dan Pantai Gading di Stade Charles Konan Banny di Yamoussoukro pada Selasa (30/1/2024). ANTARA/AFP/Kenzo Tribouillard.
Nigeria vs Pantai Gading di Final Piala Afrika 2023, Simak Head to Head Kedua Tim

Dari 28 kali pertemuan terakhir sebelum final Piala Afrika 2023, Nigeria dan Pantai Gading sama-sama mencatatkan kemenangan yang berimbang.