TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Yaman dukungan koalisi Arab melanjutkan kampanye militer pada Jumat 22 Juni, untuk merebut provinsi al-Bayda dari milisi Houthi. Dua belas brigade militer dikerahkan untuk misi ini.
Pihak militer koalisi Arab berencana untuk membebaskan provinsi strategis di Yaman. Rencana ini adalah keputusan yang muncul dua hari lalu setelah pembebasan wilayah Numan dan al-Malajem. Puluhan titik lain berhasil diduduki ketika tentara merangsek sejauh 30 kilometer.
Baca: Koalisi Arab Pamerkan Senjata Houthi dari Pertempuran Hodeidah
Di tempat lain, tentara, yang didukung oleh koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi, bergerak maju di beberapa front, dan mengklaim merebut posisi di Tour al-Baha dan al-Shreija utara Lahj. Tentara koalisi Arab juga memblokir upaya penyusupan Houthi terhadap Hays di selatan Hodeidah, yang menyebabkan 40 milisi Houthi tewas, termasuk komandan lapangan milisi Houthi, Abou Jalal al-Rayami.
Sementara itu, Wakil Presiden Yaman Ali Mohsen al-Ahmar bertemu dengan pemimpin koalisi Arab dan komandan senior militer Yaman di Marib untuk menindaklanjuti perkembangan lapangan di semua bidang.
Baca: Koalisi Arab Kuasai Bandara Hodeidah dari Milisi Houthi
Dia memberi selamat kepada tentara nasional Yaman atas kemenangan beruntunnya dengan dukungan koalisi Arab, terutama di front Hodeidah, Sanaa dan al-Bayda.
"Agenda Iran di Yaman, yang dilakukan oleh milisi Houthi teroris, mendekati keruntuhannya berkat tekad dan pengorbanan pasukan militer dan koalisi Arab," kata Al-Ahmar, seperti dikutip Asharq Al-Awsat, 23 Juni 2018.
Gambar dari rekaman video yang diperoleh dari Arab 24 memperilhatkan pasukan yang dipimpin koalisi Arab berkumpul untuk merebut kembali bandara internasional kota pelabuhan Hodeida, Yaman, dari pemberontak Syiah Houthi pada Sabtu, 16 Juni 2018.[Arab 24 via AP]
Al-Ahmar menyerukan untuk melipatgandakan upaya dan mempertahankan operasi militer sampai milisi Houthi dikalahkan dan setiap jengkal tanah dibebaskan.
Sementara warga yang tidak dapat melarikan diri dari Hodeidah menghadapi pemboman terus-menerus, menyebabkan kurangnya air bersih dan pemadaman listrik saat pertempuran koalisi Arab untuk merebut Hodeidah dari milisi Houthi.
Baca: Cerita dari Yaman: Ibu Hamil Tahan Lapar Demi Anak
"Kami mendengar ledakan keras sepanjang waktu. Kami belum punya air selama tiga hari," tutur Assem Mohammed, seorang apoteker berusia 30 tahun, seperti dilaporkan Reuters.
Mohammed, bersama istri dan putrinya yang berusia enam bulan, termasuk di antara penduduk yang terus berkurang karena mengungsi di distrik Hawak, sebuah distrik yang terjepit di antara pertempuran di bandara Hodeidah.
Seorang pengungsi dari kota Hodeidah membawa tas saat mereka tiba di Sanaa, Yaman 22 Juni 2018.[REUTERS/Mohamed al-Sayaghi]
Pengemudi yang mengangkut pengungsi dari dari Hodeidah menaikkan tarif dua kali lipat sejak pertempuran dimulai, sementara rumah sakit tempat Assem Mohammed bekerja telah mengancam karyawan dengan pemecatan jika mereka tidak bekerja.
"Listrik juga telah dipotong di sebagian besar kota sejak tiga hari, dan di beberapa distrik selama seminggu," katanya. Dia menyalahkan kekurangan air pada kerusakan pipa yang disebabkan oleh Houthis untuk menggali parit.
Koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melancarkan serangan ke Hodeidah pekan lalu dalam upaya untuk memukul mundur milisi Houthi yang menguasai ibukota dari pelabuhan utama Yaman.