TEMPO.CO, Jakarta - Selama tiga tahun berturut-turut, pemerintah Aljazair mematikan akses internet untuk mencegah siswa sekolah melakukan kecurangan saat ujian akhir pada akhir Juni. Houda-Imane Feraoun, menteri komunikasi Aljazair, mengatakan bahwa akses ke internet akan dibatasi selama jam pertama ujian antara 20 Juni hingga 25 Juni untuk mencegah informasi tentang tes yang dibagikan di media sosial.
Langkah-langkah tersebut diatur untuk pencegahan kecurangan, yang menargetkan penyedia layanan internet, operator jaringan seluler dan layanan VPN yang memungkinkan pengguna mengakses internet melalui server proxy menggunakan identitas palsu.
Baca: Aljazair Denda Toko yang Tutup pada Idul Fitri
sejumlah langkah telah dilakukan untuk memotong akses ke beberapa penyedia VPN paling populer, termasuk TOR dan ZenMate, yang sepenuhnya tidak dapat diakses di Aljazair. Seorang petugas keamanan IT di operator seluler mengatakan bahwa tahun ini sensor internet akan lebih terkoordinasi dan lebih efektif daripada tahun-tahun sebelumnya.
"Kami diminta pihak berwenang untuk memasang pemantauan jaringan dan peralatan interkoneksi untuk memonitor internet dan jika perlu memutus sambungan," ujarnya seperti dilansir dari Middle East Eye, 22 Juni 2018.
Menteri Pendidikan Aljazair, Nouria Benghabrit, mengatakan dia tidak nyaman dengan keputusan untuk memblokir akses internet, tetapi mengatakan pemerintah tidak bisa berdiam diri menghadapi kemungkinan kebocoran.
Baca: Menteri Ini Klaim India Punya Internet Sejak Ribuan Tahun Lalu
Dilaporkan dari Newsweek, lebih dari 770.000 siswa mengikuti ujian mereka minggu ini. Selain memotong akses internet, pihak berwenang juga memasang berbagai alat keamanan untuk menjaga semua perangkat yang bisa mengakses internet dari 2.000 ruang ujian di Aljazair, termasuk detektor logam. Hasil ujian siswa Aljazair sendiri akan diumumkan mulai 22 Juli.
Karyawan di percetakan ujian juga berada di bawah pengawasan ketat. Kamera pengawas dan perangkat jamming telah dipasang untuk memastikan tidak ada yang membocorkan informasi.
Pelajar di Aljazair.[New York Times]
Pemerintah Aljazair telah memerintahkan perusahaan telekomunikasi untuk mematikan internet di negara itu selama beberapa jam setiap hari selama beberapa hari ke depan untuk mencegah siswa sekolah menengah dari kecurangan. Menurut Algerie Telecom, akses akan terputus untuk koneksi seluler dan darat selama sekitar dua jam setiap pagi hingga 25 Juni. Sementara Facebook akan diblokir sepenuhnya selama lima hari ujian berlangsung.
Aljazair bukan satu-satunya negara yang telah mengambil tindakan drastis untuk memerangi kecurangan. Irak, India, Mauritania dan Etiopia adalah di antara negara-negara lain yang telah memblokir akses internet selama ujian.
Baca: Ramadan, 300 Imam Aljazair dan Maroko Pimpin Salat di Prancis
SMEX, organisasi yang berbasis di Beirut, yang mempromosikan internet terbuka di negara-negara Arab, mengatakan tidak ada data yang membuktikan efektifitas tindakan pencegahan ini.
"Pemerintah mengambil langkah-langkah ini dan menyatakan bahwa ada kecurangan yang meluas atau beberapa tindakan yang mengindikasikan kecurangan telah terjadi pada tahun sebelumnya, tetapi mereka tidak pernah memberikan data dan mereka tidak pernah menyebutkan seberapa efektif penghentian internet ini," kata Grant Baker dari SMEX, seperti dilansir dari AlJazeera.
Beberapa negara, termasuk India, Ethiopia, dan Mauritania telah menutup akses ke internet untuk mencegah kecurangan dalam ujian.
Mematikan internet secara sebagian atau seluruhnya, juga menjadi cara bagi pemerintah untuk membungkam kritik. Di Iran, internet ditutup selama protes pada 2017. Suriah, yang terlibat dalam perang sipil, telah mematikan internet berulang kali. Kamerun menutup akses internet di untuk mencegah penduduk melakukan koordinasi massa selama protes.
Namun pemutusan akses internet tidak hanya mempengaruhi kebebasan berpendapat, tetapi juga memiliki efek besar pada ekonomi. Mengutip dari Aljazeera 22 Juni 2018, menurut Bahrain Watch, sebuah organisasi yang meneliti negara-negara Teluk, penutupan akses internet pada 2016 merugikan Aljazair sedikitnya US$ 265.000 atau Rp 3 miliar. Sementara perkiraan oleh Brookings Institute, mencatat bahwa pemutusan akses internet biaya mempengaruhi ekonomi global sekitar US$ 200 miliar atau Rp. 2800 triliun dalam dua tahun dari 2015 hingga 2016.