TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membela kebijakan imigrasi yang memisahkan para imigran ilegal, yang tertangkap petugas di perbatasan Meksiko, dari anak-anak mereka.
Lewat cuitan di akun @realdonaldtrump pada Senin, 18 Juni 2018 waktu setempat, Trump mengatakan anak-anak imigran sering digunakan kelompok kriminal untuk melakukan tindak kejahatan.
Baca:
Kondisi Anak-anak Imigran Meksiko yang Terpisah dari Orang Tua
2000 Anak Terpisah dari Orang Tua Akibat Kebijakan Imigrasi Trump
“Anak-anak sedang digunakan oleh sekelompok kriminal terburuk di dunia sebagai cara untuk bisa masuk negara kita,” kata Trump lewat cuitan pada Senin, 18 Juni 2018.
Trump melanjutkan dalam cuitannya. “Apakah ada orang-orang yang memperhatikan kejahatan yang terjadi di selatan perbatasan kita. Itu luar biasa dengan sejumlah negara tercatat sebagai tempat paling berbahaya di dunia. Tidak akan terjadi di AS.”
Baca:
Presiden Meksiko dan Trump Saling Serang
Imigrasi Amerika Serikat Kirim 1.600 Imigran Gelap ke Penjara
Trump juga mengkritik kebijakan pintu terbuka terhadap imigran yang diterapkan Jerman. “Rakyat Jerman sekarang melawan pemimpinnya karena migrasi menggoncang koalisi Berlin yang sudah tegang itu. Kejahatan di Eropa naik tinggi. Kesalahan terbesar Eropa membiarkan jutaan orang imigran masuk dan mengubah budaya mereka.”
Anak-anak imigran gelap yang dipisahkan dari orang tua mereka di bawah kebijakan "zero-tolerance" Presiden Donald Trump, terlihat di kompleks penampungan di di perbatasan Meksiko di Tornillo, Texas, 18 Juni 2018. Zero-tolerance merupakan kebijakan Trump terhadap penyebrangan ilegal, untuk menekan imigran gelap yang masuk. REUTERS/Mike Blake
Trump lalu menyatakan,”Kita tidak ingin apa yang terjadi di Eropa juga terjadi pada kita.”
Sejumlah politisi Partai Demokrat mengecam kebijakan pemisahan imigran ilegal dengan anak-anak mereka sebagai tindakan barbar. Sebagian politisi Partai Republik juga menyuarakan keprihatinannya soal ini. DPR AS, yang dikuasai Republik, bakal memvoting dua undang-undang terkait imigrasi.
Soal ini, seperti dilansir Reuters, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kirstjen Nielsen, mengatakan kepada media bahwa Gedung Putih hanya menjalankan undang-undang.
“Pemerintahan ini tidak membuat kebijakan memisahkan keluarga. Yang berubah adalah kita tidak lagi mengecualikan sekelompok orang yang melanggar hukum,” kata dia soal kebijakan toleransi nol dalam imigrasi ini. Berdasarkan undang-undang, imigran yang tertangkap berusaha memasuki AS secara ilegal bakal dikenai tuduhan pelanggaran kriminal.
Ini membuat, para orang tua yang tertangkap petugas imigrasi di perbatasan dan akan diproses hukum bakal ditahan di penjara federal. Sedangkan, anak-anak mereka akan dipisahkan dan dikirim ke pusat penahanan, yang sebagiannya terletak di pelosok.
Video yang dipublikasikan pemerintah AS menunjukkan sejumlah anak-anak imigran ditahan dalam ruang penahan berkawat dan duduk di lantai beton.
Rekaman audio menunjukkan banyak anak-anak imigran menangis di fasilitas penahanan ini dan rekaman itu beredar luas. Reuters masih belum bisa memverifikasi kebenaran rekaman audio itu.
Dalam pernyataannya di Gedung Putih, Trump berkukuh dengan kebijakan imigrasi keras ini.
“AS tidak akan menjadi kamp migran dant tidak akan menjadi fasilitas penahanan pengungsi. Tidak akan,” kata Trump di Gedung Putih seperti dilansir Reuters, Senin, 18 Juni 2018.
New York Times melansir Trump dan dua pejabat AS lainnya membela kebijakan imigrasi ini. “Mereka bisa jadi para pembunuh dan pencuri dan lebih dari itu,” kata dia. “Kita ingin negara yang aman dan itu dimulai di perbatasan. Itu caranya.”
Selain Kirstjen Nielsen, Jaksa Agung Jeff Session, juga membela praktek pemisahan anak dan orang tua imigran ini sambil mengatakan,”Kita tidak ingin memisahkan orang tua dari anak-anak mereka.”