TEMPO.CO, Jakarta - Restoran hot pot di Cina bangkrut setelah kebijakan makan sepuasnya atau All You Can Eat mengakibatkan utang sebesar 500.000 yuan atau Rp 1 miliar. Kebijakan itu dibuat untuk mempromosikan restoran yang dibuka pada akhir tahun lalu.
Awalnya kebijakan All You Can Eat tersebut direncanakan untuk dijalankan selama sebulan lamanya. Namun baru dua minggu dijalankan, Restoran Jiamener di kota Chengdu, Cina itu langsung tutup akibat bangkrut.
Baca: Restoran Cina Ini Tolak Pengunjung Warga Afrika
Kebijakan itu membuat lebih dari 500 orang datang setiap hari. Hanya dengan 120 yuan atau Rp 260 ribu, setiap orang dapat makan sepuasnya.
Pelanggan membayar biaya dan menerima kartu keanggotaan yang memberi mereka hak atas makanan tak terbatas selama sebulan. Beberapa pelanggan dilaporkan berbagi kartu mereka dengan keluarga dan teman, secara drastis meningkatkan volume makanan yang dikonsumsi pada satu pembelian.
Media sosial Cina heboh setelah berita tentang penutupan restoran itu terungkap.
"Ini [pemilik restoran] benar-benar ceroboh, tidak memikirkannya," kata pengguna Weibo, Si Yan Du Bu.
Baca: 35 Restoran di Cina Gunakan Opium di Bumbu Masakan
Pengguna lain, Shao Xingfeng, menambahkan: "Pemiliknya sendiri gulung tikar.
"Kamu tidak akan berani memainkan pemikiran seperti ini di Cina.
"[Pelanggan] bisa makan sampai kamu bangkrut."
Pengguna lain berkata: "Jangan pernah meremehkan selera makan orang Cina!"
Pemiliknya, Su Jie mengakui kebangkrutan itu karena salah mengatur keuangan dan kurangnya keterampilan bisnis.
"Perilaku para pengunjung yang tidak beradab adalah sekunder - masalah utamanya adalah manajemen kami yang buruk," katanya, seperti dilansir ABC Online pada Senin, 18 Juni 2018.
Restoran hot pot sangat populer di Chengdu, yang memiliki populasi lebih dari 10 juta orang. Diperkirakan ada sekitar 20.000 restoran hot pot tersebar di seluruh kota di Cina tersebut.