TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Taliban Pakistan, Mullah Fazlullah tewas terbunuh dalam serangan udara pasukan Amerika Serikat di wilayah Timur Afganistan yang berbatasan dengan Pakistan pada Kamis pagi, 14 Juni 2018
Fazlullah merupakan orang yang paling dicari di Pakistan akibat berbagai serangan teror yang dipimpinnya di antaranya serangan ke satu sekolah yang dikelola militer Pakistan yang menewasakan 132 anak-anak pada tahun 2014 dan memerintahkan penembakan Malala Yousafzai saat pulang sekolah pada 2012. Malala yang terkenal dengan perlawanannya terhadap Taliban yang melarang anak perempuan mendapat pendidikan kemudian diganjar Nobel Perdamaian.
Baca: Taliban Pakistan Serbu Sekolah Militer
"Saya membenarkan Mullah Fazlullah, pemimpin Taliban Pakistan, telah tewas dibunuh dalam operasi bersama di udara di perbatasan distrik Marawera provinsi Kunar," kata Mohammad Radmanish, juru bicara Kementerian Pertahanan Afganisan kepada Reuters, 15 Juni 2018.
Amerika Serikat telah lama menarget Fazlullah. Pada Maret lalu, Amerika Serikat menawarkan hadiah US$ 5 juta atau sekitar Rp 70,1 miliar bagi siapa saja yang dapat memberikan informasi tentang Fazlullah.
Anggota Taliban Pakistan melalui telepon menjelaskan kepada Reuters hari Jumat, 15 Juni bahwa kelompoknya berusaha mendapatkan penjelasan dari Afganistan tentang kematian pemimpinnya.
Baca: Ini Pidato Lengkap Malala Yousafzai di PBB
Saat ini, sebagain besar milisi Taliban Pakistan bermarkas di Afganistan.
"Kami telah mendengar sejak Jumat pagi bahwa emir kami menjadi martir bersama dengan empat komandan milisi di Marawar di Kunar. Mereka saat itu tinggal di satu rumah ketika drone menembaki dengan rudal dan menewaskan mereka," kata Maulvi Abdur Rasheed, anggota Taliban Pakistan.
Fazlullah menjadi pemimpin kelompok Taliban di Swat Valley di Pakistan lebih dari satu dekade lalu. Dia dikenal dengan juluki Mullah Radio karena pidatonya yang berapi-api di radio.
Baca: Ngeri, Ini Fatwa Ulama-Ulama Taliban
Amerika Serikat dan Kabul menuding Pakistan menjadi tempat berlabuhnya para milisi Taliban Afganistan dan organisasi jaringannya, Haqqani. Pakistan membantah tudingan itu, dan balik menuding Afganistan tempat persembunyian milisi Taliban Pakistan.
Dengan kematian pemimpin Taliban Pakistan tersebut, pemerintah Pakistan diharapkan membuka negosiasi untuk mengkahiri perang selama 17 tahun di Afganistan.