TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Arab memulai serangan darat pada Rabu pagi, 13 Juni ke kota pelabuhan Hodeida, Yaman, dan menjadi pertempuran darat pertama dalam konflik 3 tahun di negeri jazirah Arab termiskin.
Pemberontak Syiah, Houthi, yang didukung Iran selama bertahun-tahun telah menguasai pelabuhan Laut Merah yang penting bagi pasokan makanan di Yaman. Pertempuran Hodeida ini, jika pejuang Houthi tidak menarik diri dari pelabuhan, maka menandai pertempuran kota pertama dengan koalisi Arab.
Dilaporkan Associated Press, sebelum fajar pada Rabu 13 Juni 2018, konvoi kendaraan tampak menuju ke kota yang dikuasai pemberontak. Suara tembakan berat dan terus menerus mewarnai pertempuran di Hodeida. Saluran berita satelit milik Arab Saudi mengumumkan pertempuran telah dimulai.
Baca: Demi Keamanan, Palang Merah Internasional Tarik Staf dari Yaman
"Pemerintah Yaman yang diasingkan telah melakukan semua cara damai dan politik untuk menyingkirkan milisi Houthi dari pelabuhan Hodeida. Pembebasan pelabuhan Hodeida adalah tonggak dalam perjuangan kami untuk mendapatkan kembali Yaman dari milisi," tulis pernyataan resmi yang disiarkan saluran berita Saudi.
Sejumlah warga menganteri dekat truk tangki untuk memngisi jerigennya yang akan digunakan sebagai air minum dan kebutuhan sehari-hari di Hodeidah, Yaman, 29 Juli 2017. REUTERS/Abduljabbar Zeyad
Kantor berita satelit Al Masirah yang dikelola Houthi mengkonfirmasi serangan ini dan mengklaim pasukan pemberontak menghantam kapal koalisi Arab dekat Hodeida dengan dua rudal dari darat.
"Kapal yang ditargetkan membawa pasukan yang dipersiapkan untuk pendaratan di pantai Hodeida," menurut kantor berita Al Masirah. Namun koalisi Arab membantah serangan ke kapal ini.
Baca: Ramadan di Tengah Dentuman Bom Perang di Yaman
Pasukan loyalis pemerintah Yaman yang diasingkan dan milisi pendukung lain yang dipimpin oleh pasukan Emirat telah mendekati Hodeida dalam beberapa hari terakhir. Pelabuhan ini terletak sekitar 150 kilometer di barat daya Sanaa, ibukota Yaman, yang diduduki Houthi sejak September 2014. Koalisi pimpinan Arab Saudi masuk dalam kancah perang pada Maret 2015 dan menerima dukungan logistik dari Amerika Serikat.
Dilansir dari Reuters, pesawat tempur dan kapal koalisi menyerang pertahanan di pelabuhan untuk membantu pendaratan pasukan darat. Operasi ini dikenal dengan "Golden Victory" setelah ultimatum yang diberikan Uni Emirate Arab untuk Houthi melewati batas waktu.
Pemimpin Houthi, Mohammed Ali Al-Houthi, yang mengancam menyerang kapal tangker di sepanjang jalur Laut Merah memperingatkan pasukan koalisi Arab untuk tidak menyerang pelabuhan.
Baca: Kemenlu Serukan WNI di Perbatasan Oman-Yaman Segera Keluar
Pelabuhan Hodeidah adalah penyokong hidup mayoritas populasi Yaman untuk memasok barang pokok. Diperkirakan sekitar 600.000 jiwa tinggal di wilayah ini dan diperkirakan akan memakan 250.000 korban jiwa jika pertempuran terjadi di Hodeida. Selain itu pasokan bantuan kemanusiaan dan pangan bagi jutaan warga Yaman akan terhenti dan mengakibatkan kelaparan dan penyakit di seluruh Yaman.