TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan akan membuka kembali kedutaan besar Malaysia di Korea Utara. Kedutaan besar Malaysia ditutup setelah krisis diplomatik akibat pembunuhan saudara tiri Kim Jong Un, Kim Jong Nam, saat berada di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun lalu.
"Ya, kami akan membuka kembali kedutaan besar," ujar Mahathir Mohamad seperti dilaporkan Channel News Asia, 12 Juni 2018.
Baca: Setelah AS-Korut Berdamai, Kemana Ekonomi Korea Utara Berlabuh?
Malaysia terpaksa menutup kedutaan besarnya di Korea Utara setelah Kim Jong Nam dibunuh di bandara Kuala Lumpur pada 14 Februari 2017. Kim Jong Nam didatangi dua perempuan yang kemudian menyemprotkan racun agen syaraf VX yang terdaftar sebagai senjata kimia berbahaya oleh PBB.
Selama di persidangan, pelaku penyemprotan racun mengira penyemprotan bagian dari acara reality show dan tidak mengetahui bahwa cairan yang disemprotkan adalah racun mematikan. Baik Amerika Serikat dan Korea Selatan menyatakan pembunuhan diperintahkan langsung dari Pyongyang.
Baca: Pertemuan Trump dan Kim, Delegasi Korea Utara sekitar 100 Orang
Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia mempertanyakan tuduhan polisi Malaysia bahwa pembunuhan dilakukan atas perintah Pyongyang dan mengklaim kematian Kim Jong Nam akibat serangan jantung.
Kasus ini berbuntut panjang dengan ditariknya Duta Besar Malaysia untuk Korea Utara, melarang warga negara Malaysia untuk berkunjung ke Korea Utara dan membatalkan visa masuk warga negara Korea Utara yang akan ke Malaysia.
Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia, Kang Chol, meninggalkan kedutaan Korut di Kuala Lumpur, Malaysia, 6 Maret 2017. Memanasnya hubungan kedua negara setelah kasus pembunuhan Kim Jong Nam. REUTERS/Kyodo
Korea Utara membalas dengan larangan berkunjung ke Malaysia serta menahan tiga diplomat beserta enam anggota keluarga mereka. Namun Malaysia sepakat menukar diplomat dan keluarganya dengan jenazah Kim Jong Nam serta tiga warga negara Korea Utara yang diduga terlibat pembunuhan. Kedutaan Besar Malaysia di Pyongyang tidak dihuni sejak April tahun lalu dan pemerintah memindahkan operasional ke Beijing.
Baca: Donald Trump Akan Buka Kedutaan AS di Korea Utara
Namun Mahathir Mohamad melihat upaya perdamaian di Singapura sebagai langkah perdamaian dua negara dan seteru Korea Utara lain di Asia.
"Jika Korea Utara berjanji menghentikan senjata nuklirnya, maka ketegangan akan semakin menurun. Pyongyang tidak bisa terus-menerus menghabiskan uang untuk isyarat perang. Mereka menghabiskan terlalu banyak anggaran untuk militer karena takut terhadap Amerika Serikat dan Korea Selatan," ujar Mahathir Mohamad seperti dikutip New Strait Times.
Terkait pandangannya terhadap Donald Trump, Mahathir Mohamad mengatakan Trump sulit dimengerti karena kerap mengubah keputusan tiba-tiba. Namun Mahathir Mohamad tetap optimistik pertemuan Korea Utara dan Amerika Serikat di Singapura akan berakhir positif.