TEMPO.CO, Jakarta - Pangeran Uni Emirat Arab, Sheikh Rashid bin Hamad Al Sharqi, membelot ke negara musuh, Qatar, menyusul kejatuhan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammad Bin Zayed. "Pembelotan itu dilakukan melalui kantor Kedutaan Besar di London, Inggris," kutip Telegraph melalui sumber dekat Kerajaan yang tak bersedia disebutkan namanya.
Ketegangan kedua negara bermula dari peristiwa Juni 2017 lalu. Ketika itu, Uni Emirat Arab bergabung bersama Arab Saudi, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Baca: Setahun Blokade, Qatar Larang Produk Empat Negara Teluk
Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. [thepeninsulaqatar.com]
Menurut keempat negara tersebut, Qatar terbukti mendukung dan mendanai gerakan terorisme di kawasan Timur Tengah. Mereka juga menuduh Qatar terlalu dekat dengan Iran, negara rival Arab Saudi di kawasan. Semua tuduhan tersebut berkali-kali dibantah Qatar.
"Pemutusan hubungan diplomatik itu disusul blokade wilayah udara, laut dan darat Qatar," tulis Middle East Monitor. Pangeran Al Sharqi adalah putra Emir Fujairah, salah satu Kerajaan di Uni Emirat Arab.
Seorang sumber dekat dengan Emir dan diplomat senior mengatakan, Pangeran berusia 31 tahun itu terbang ke ibu kota Qatar, Doha, tiga pekan lalu setelah mengajukan permohonan suaka ke Kedutaan Besar Qatar di London. "Al Sharqi tiba di Kedutaan pada 19 Mei, selanjutnya terbang ke Qatar dengan jet pribadi pada 23 Mei. Dia melakukan perjalanan menggunakan paspor Emirat," Middle East Monitor melaporkan.Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berfoto dengan sejumlah pemimpin negara-negara teluk seperti Raja Salman dari Arab Saudi dan Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani. Reuters
Saat ini, Al Sharqi menjabat sebagai Ketua Otoritas Budaya dan Media Fuajairah. Dia diperkirakan akan menjadi Putra Mahkota dari Timur, namun di internal kerajaan terjadi keretakan antara Al Sharqi dengan Bin Zayed setelah adik Al Sharqi diusulkan menjadi Putra Mahkota sebagai pengganti dia.
Baca: Uni Emirat Arab: Jet Tempur Qatar Cegat Pesawat Penumpang Sipil
Menurut laporan Telegraph seperti dikutip oleh Middle East Monitor, Al Sharqi adalah seorang sumber bernilai ketika dia hadir di pertemuan Dewan Agung Uni Emirat Arab dan menjadi aset intelijen. Qatar diduga menyiapkan dana untuk Al Sharqi sebesar US$ 6,7 juta atau setara dengan Rp 94 miliar kontan, sebuah istana di Doha dan peran diplomatik untuk menjembatani krisis Teluk.