TEMPO.CO, Singapura – Pemerintah Singapura merasa berkepentingan pertemuan membahas perdamaian antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, berjalan lancar.
Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura, K. Shanmugam, mengatakan ini karena jarak antara Semenanjung Korea ke Singapura sejauh 7 jam perjalanan namun hanya 20 menit jika menggunakan rudal.
Baca:
Trump - Kim Jong Un Bertemu, Angkatan Bersenjata Singapura Siaga
Eksklusif - Ahli S. Rajaratnam School: Ini Skenario Trump dan Kim
“Saat ini ada negara nuklir Korea Utara. Dan ada pasukan AS di Korea Selatan. Dan bicara fakta, AS adalah negara nuklir. Lalu ada kebuntuan antara AS dan Korea Utara. Serta ada Korea Selatan dan Jepang yang merasa khawatir dengan situasi ini,” kata Shanmugam seperti dilansir Channel News Asia, Jumat, 8 Juni 2018.
Presiden AS, Donald Trump, menerima kunjungan dari bekas kepala intelijen Korea Utara, Kim Yong Chol, yang menyerahkan surat pribadi pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, di Gedung Putih pada Jumat, 1 Juni 2018. The Conservative Treehouse
Menurut Shanmugam, kondisi ini menciptakan ketegangan. Pada saat yang sama, Cina juga memiliki kepentingan. “Jika terjadi insiden maka ini akan buruk bagi dunia terutama Asia. Kita akan terkena dampaknya di Singapura seperti lapangan pekerjaan, perdagangan, investasi,” kata Shanmugam.
Baca:
Kreasi Burger Trump Kim untuk Sambut KTT Donald Trump-Kim Jong
Eksklusif - Ahli S. Rajaratnam School Yakin Trump - Kim Bertemu
Dia melanjutkan saat ini mayoritas warga Singapura memahami pentingnya pertemuan puncak Trump dan Kim Jong Un ini. Meskipun, sebagian merasa kesal karena Singapura menanggung biaya logistic dan pengamanan. Namun, terpilihnya Singapura sebagai lokasi pertemuan menjadi pengakuan posisi penting negara itu di pentas global.
“Kita ini titik merah yang kecil, tapi kita adalah anggota komunitas internasional yang penting,” kata dia.
AS dan Korea Utara, Shanmugam melanjutkan, setuju untuk memilih Singapura sebagai lokasi pertemuan. Ini karena mereka merasa yakin Singapura bisa memberikan keamanan lokasi pertemuan bagi kedua pemimpin.
Shanmugam mengatakan pemerintah mengerahkan ribuan personil keamanan untuk kelancaran acara pertemuan puncak Trump dan Kim ini.
Pemerintah juga bersikap tegas dalam menjaga keamanan dengan menolak masuk seorang bekas tersangka teroris dari Australia dan menahan dua jurnalis Korea Utara karena pelanggaran izin masuk rumah duta besar Korea Utara di Singapura. “Ini menunjukkan Singapura menerapkan pendekatan tidak main-main,” kata dia.
Seorang bekas tersangka teroris bernama Zeky Mallah dari Australia ditahan di bandara dan dikirim balik ke negaranya. “Kami beritahu dia bahwa dia tidak bisa memasuki Singapura,” kata Shanmugam.
Seperti dilansir Korea Herald, Trump dan Kim bakal bertemu di Capella Hotel di Pulau Sentosa, Singapura, pada 12 Juni 2018 untuk membahas perdamaian dan proses denuklirisasi Semenanjung Korea.
Ini merupakan pertemuan bersejarah kedua setelah sebelumnya Kim Jong Un bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in pada akhir April 2018 untuk berdamai dan menyepakati denuklirisasi Semenanjung Korea. Trump sempat membatalkan rencana pertemuan dengan Kim Jong Un namun kemudian mengatakan pertemuan tetap berlangsung.