TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia tidak punya rencana menarik pasukannya dari Suriah. "Kami tidak punya rencana menarik pasukan militer dari sana," kata Putin kepada stasiun televisi yang mewancarainya.
"Kami tak membangun fasilitas militer untuk jangka panjang di sana, sehingga jika diperlukan, kami dengan cepat bisa menarik pasukan kami di sana tanpa kehilangan material," ucapnya.
Baca: Vladimir Putin Minta Assad Tarik Pasukan Asing dari Suriah
Sistem pertahanan udara jarak menengah buatan Rusia, Buk-M2, merupakan salah satu andalan Suriah saat menghadapi serangan udara Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, pada 14 April 2018. Rudal Buk-M2 dapat menghancurkan rudal balistik taktis dan rudal jelajah pada jarak 20 km. Rusia mengirim delapan Buk-M2 ke Suriah, pada 2010-2013. sputniknews.com
"Tetapi untuk saat ini, kami masih perlu berada di sana. Mereka masih harus melakukan tugas penting termasuk menyiapkan keamanan bagi Rusia dan membantu kepentingan kami."
Kremlin pertama kali melancarkan serangan udara ke Suriah pada September 2015 atas permintaan Presiden Bashar al Assad untuk menumpas pemberontakan di dalam negeri.Suriah memiliki Pantsir-S1, NATO menyebutnya SA-22 Greyhound, yang merupakan sistem pertahanan udara jarak pendek dan menengah buatan Rusia. Negara pecahan Uni Soviet ini mengirim 36 Pantsir S-1 ke Suriah, pada 2008-2013. Pantsir -S1 menggunakan kombinasi rudal dan kanon otomatis 30 milimeter. Sputnik/Mikhail Fomichev
"Serangan Rusia itu tergolong di terbesar terhadap negara di Timur Tengah dalam beberapa dekade ini," tulis Middle East Monitor.
Baca: Putin Telepon Netanyahu: Akhiri Serangan ke Suriah atau...
Pada Desember 2017, Putin terbang ke Suriah dan menyatakan misi pasukan Rusia di negeri itu sukses dan memerintahkan mulai penarikan pasukan. Tetapi tidak ada laporan jumlah pasukan Rusia yang sudah meninggalkan Suriah.